SOLOPOS.COM - Kolam renang Umbul Ngepok siap dioperasikan setelah finishing selesai di Dukuh Parit RT 016, Desa Karangpelem, Kedawung, Sragen, Selasa (19/11/2019). (Solopos/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN -- Objek wisata Umbul Ngepok di Dukuh Parit RT 016, Desa Karangpelem, Kecamatan Kedawung, Sragen, kini masih dalam proses pengembangan.

Umbul ini disiapkan untuk menyaingi Umbul Ponggok di Polanharjo, Klaten. Apa saja fasilitasnya?

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Solopos.com mencoba mencari informasi itu dengan mengunjungi lokasi Umbul Ngepok, Selasa (19/11/2019). Tampak dua orang tukang sibuk membuat dekorasi taman pada dinding pintu masuk kolam renang Umbung Ngepok.

Dua orang tukang batu itu adalah Wagiyo yang juga anggota Badan Permusyawaratan Desa (BPD) dan Sarjuanto, Ketua Rukun Tetangga (RT) 11A, Dukuh Tunggon, Karangpelem.

Kisah Penjual Soto Yang Mendadak Buta Setelah Berobat ke RS Mata Solo

“Pak Lurah [Kepala Desa Karangpelem Suwanto] itu pintar. Beliau ambil tukang yang juga perangkatnya sendiri. Saya itu ketua RT tapi disuruh nukang buat taman bersama Pak Wagiyo yang juga anggota BPD. Kalau soal bayaran, kami biasa ambil sendiri,” kata Sarjuanto sambil berkelakar saat berbincang dengan Solopos.com, Selasa siang.

Suwanto sengaja mengajak Sekretaris Desa (Sekdes) Jaka Santosa, Wakil Ketua BPD Karangpelem Suwarno, dan tokoh masyarakat Karangpelem Kiai Syamsul Hadi datang ke lokasi kolam renang untuk melihat perkembangan pekerjaan.

Kolam renang itu akan diresmikan Bupati Sragen Kusdinar Untung Yuni Sukowati pada Minggu (1/12/2019) mendatang. Kolam tersebut menempati tanah kas desa seluas 9.000 meter. Sumber airnya diambilkan langsung dari mata air Umbul Ngepok di sebelah kolam.

Berubah Mulai 1 Desember, Ini Jadwal Baru KA Prameks

“Umbul Ngepok akan dikembangkan sebagai wisata air seperti di Ponggok, Klaten. Ya, Ponggoknya Sragen ya di Umbul Ngepok ini. Potensi airnya luar biasa. Debitnya pada puncak musim kemarau saja masih 15 liter per detik. Kandungan kapurnya nol dan kandungan Ph air cukup tinggi. Saya berani langsung minum air itu,” ujar Camat Kedawung, Nugroho Dwi Wibowo, saat berbincang di Balai Desa Karangpelem, Selasa.

Desa Karangpelem menjadi salah satu dari lima desa di Sragen yang mengembangkan wisata air berdasar catatan Dinas Pemberdayaan Masyarakat dan Desa (DPMD) Sragen.

Kabid Pemberdayaan Masyarakat Endra Putranta menyebut empat desa lainnya yang mengembangkan wisata air itu yakni Desa Ngangosari, Sumberlawang, yang memanfaatkan Waduk Kedung Ombo (WKO) untuk olahraga dayung; Desa Bonanung, Tanon, yang sudah operasional tetapi hanya buka pada Sabtu dan Minggu; Desa Kaliwedi, Gondang, yang masih tahap pembangunan, dan Desa Dukuh, Tangen, yang pekerjaannya sudah masuk finishing.

Demam Babi Afrika Bikin Peternak Soloraya Resah

Kepala Desa Karangpelem Suwanto optimistis pengembangan wisata air di Karangpelem akan berhasil karena potensinya luar biasa. Pembangunan wisata air di Karangpelem masih tahap awal.

Wanto berencana membangun waterboom, wahana permainan anak, taman bunga, gazebo, dan tentunya lahan parkir dan kuliner. Dalam pengelolaannya, Wanto menyerahkan kepada Badan Usaha Milik Desa Sumber Makmur setelah diresmikan Bupati Sragen.

“Sumber airnya berlimpah. Saat kemarau seperti ini masih 15 liter per detik dan dikonsumsi oleh seribuan kepala keluarga di wilayah Karangpelem dan desa tetangga, Celep. Bahkan ada yang dikomersialkan warga dengan cara dijual jerikenan. Ada pula perusahaan air minum yang memanfaatkan sumber itu,” ujarnya.

Es Teh di Warung Dekat Puskesmas Purwodiningratan Jebres Solo Viral, Apa Istimewanya?

Kolamnya sudah jadi dan cukup luas dilengkapi ruang mandi shower dan toilet. Selain itu ada ruang istirahat dan selfie. Wanto merencanakan pembangunan kolam renang itu sejak 2017.

Sekdes Jaka Susanto menambahkan anggaran yang telah digunakan untuk mengembangkan Umbul Ngepok sejauh ini mencapai Rp300 juta (2017), Rp300 juta (2018), dan Rp250 juta (2019). Semua dana tersebut diambilkan dari dana desa (DD).

“Selama ini pendapatan asli desa hanya mengandalkan lelang tanah kas atau bengkok. Rata-rata hanya bisa menghasilkan Rp50 juta. Dengan pengembangan wisata air itu, kami optimistis pendapatan desa semakin meningkat. Awalnya kami gratiskan tetapi selanjutnya ditarik tiket masuk Rp5.000/orang,” ujarnya.

Solo Undercover: Kisah Esha Jadi Simpanan Om-Om Part 2, Kenalan Online

Selain wisata air, Jaka juga menangkap potensi wisata religi dari keberadaan situs Eyang Sedo yang sudah banyak dikunjungi orang dari luar Sragen, seperti dari Rembang, Pati, Salatiga, Banjarnegara, Jakarta, Kebumen, Surabaya, dan seputaran Sragen.

“Mereka datang setiap bulan sekali untuk berzikir. Kalau harian juga ada sekitar 25 orang dari warga sekitar Sragen dan Karanganyar,” ujar juru kunci Eyang Sedo di Dukuh Tunggon, Suyatno, 53.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya