SOLOPOS.COM - Seorang warga melintas di pintu masuk objek wisata Bukit Cinta, Desa Gununggajah, Kecamatan Bayat, Minggu (7/6/2020). Selama dua bulan terakhir, objek wisata yang dikelola BUM desa itu tutup. (Solopos/Taufiq Sidik Prakoso)

Solopos.com, KLATEN  — Pengelola objek wisata di Klaten menutup usaha mereka selama pandemi Covid-19. Padahal, mereka membutuhkan biaya perawatan yang nilainya jutaan rupiah per bulan.

Penutupan objek wisata dilakukan selama dua bulan terakhir. Plt. Direktur BUM Desa Gumregah Desa Gununggajah, Kecamatan Bayat, Muhamad Qomarudin, mengatakan penutupan objek wisata yang dikelola BUM Desa Gumregah, Bukit Cinta Watu Prahu, dilakukan sejak 16 Maret 2020.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Akibat penutupan itu, seluruh pengelola dirumahkan lantaran tak ada pendapatan yang diperoleh dari pengelolaan objek wisata di Klaten tersebut.

Bakal Diluncurkan 25 Juni, Harga & Spesifikasi Redmi 9 Bocor

Sementara, para pedagang serta penyedia jasa ojek di kawasan objek wisata itu menutup usaha lantaran tak ada wisatawan yang datang.

“Untuk pengelola ada 17 orang. Karena dirumahkan, berarti mereka tidak mendapatkan penghasilan,” kata Qomarudin saat berbincang dengan Solopos.com, Minggu (7/6).

Meski aktivitas pariwisata libur, Qomarudin mengatakan perawatan objek wisata di Klaten itu jalan tersebut. Perawatan itu terutama untuk pembersihan serta memperbaiki kerusakan ringan di kawasan Bukit Cinta Watu Prahu.

ATM Perempuan Paruh Baya Semanggi Solo Dikuras Penipu, Ini Imbauan Polisi

Biaya Operasional hinga Rp7 Juta/Bulan

Biaya operasional pembenahan objek wisata di Klaten ini sekitar Rp5 juta-Rp7 juta per bulan. “Pengelola di bagian rumah tangga kami minta melakukan pembenahan yang rusak. Sementara, pengelola yang lain kami ajak gotong royong setiap Jumat untuk bersih-bersih,” jelas dia.

Meski belum ada kejelasan hingga kapan penutupan objek wisata dilakukan, Qomarudin mengatakan kawasan Bukit Cinta Watu Prahu mulai dilengkapi fasilitas pencegahan Covid-19 seperti tempat cuci tangan.

Kegiatan penyemprotan disinfektan di kawasan objek wisata alam itu juga rutin dilakukan.

Layak Ditiru! Solo Punya 54 Kampung Siaga Covid-19

“Harapan kami pandemi Covid-19 ini segera berakhir sehingga masyarakat bisa hidup tenang dan kembali beraktivitas seperti biasa. Begitu pula dengan objek wisata kami berharap bisa beroperasi lagi,” kata dia.

Salah satu pedagang warung di kawasan Bukit Cinta, Ny. Ramto Sumarni, 62, mengatkaan selama dua bulan terakhir dia tak bisa jualan lantaran ada penutupan objek wisata. Sebelumnya, Sumarni bisa meraup pendapatan Rp350.000-Rp500.000 saat akhir pekan.

“Alhamdulillah dapat bantuan dari pemerintah senilai Rp600.000 itu bisa untuk menyambung hidup,” kata Sumarni.

Persis Solo Dukung Wacana Gunakan Pemain U-20 di Liga 2

Piket Bergiliran untuk Karyawan

Salah satu pengurus BUMDesa Mahanani Desa Manjungan, Kecamatan Ngawen, Agus Tri Joko, mengatakan ada 24 karyawan di objek wisata Umbul Susuhan. Sejak ada penutupan dua bulan lalu, pengelola objek wisata di Klaten tersebut membikin jadwal para karyawan bisa masuk bergiliran.

Saat masuk, mereka tetap melakukan perawatan umbul. “Kami buat jadwal piket minimal setiap hari yang masuk dua orang. Mereka menyapu serta kalau ada pembersihan kolam renang ditambah satu orang. Pengurasan dan pembersihan kolam renang dari biasanya dua hari sekali sekarang kami buat sepekan sekali,” urai Joko.

Rekomendasi Saham Senin 8 Juni, Saham Sektor Konsumsi & Telekomunikasi Layak Beli

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya