SOLOPOS.COM - API ABADI—Seorang turis dari Thailand berfoto di depan Api Mrapen, saat pengambilan Api Dharma Tri Suci Waisak, Minggu (15/5). Meski populer sebagai lokasi pengambilan api untuk berbagai kegiatan penting tingkat nasional, nasib objek wisata ini mengenaskan karena tidak dapat dikelola dengan baik sehingga bahkan bakal dijual oleh para ahli warisnya. (JIBI/SOLOPOS/Arif Fajar S)

Grobogan (Solopos.com) – Pewaris dari pemilik lahan Api Abadi Mrapen di Desa Manggarmas, Kecamatan Godong menegaskan menjual obyek wisata yang sering dimanfaatkan event nasional maupun internasional tersebut.

API ABADI—Seorang turis dari Thailand berfoto di depan Api Mrapen, saat pengambilan Api Dharma Tri Suci Waisak, Minggu (15/5). Meski populer sebagai lokasi pengambilan api untuk berbagai kegiatan penting tingkat nasional, nasib objek wisata ini mengenaskan karena tidak dapat dikelola dengan baik sehingga bahkan bakal dijual oleh para ahli warisnya. (JIBI/SOLOPOS/Arif Fajar S)

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kenyataan ini memang ironis, karena obyek wisata yang terletak di pinggir jalan raya Semarang-Purwodadi ini cukup dikenal masyarakat luas, namun tak mampu memberikan pemasukan lebih untuk pemeliharaannya. Bahkan event olahraga dan keagamaan seperti Perayaan Waisak selalu memanfaatkan api dari Api Mrapen.

“Terus terang, pemasukan dari pengunjung obyek wisata ini tak cukup untuk pemeliharaan sarana yang ada di lokasi tersebut. Makanya kami selaku pewaris dan pengelola tak sanggup lagi, sehingga berniat menjualnya kepada yang berminat membelinya,” ungkap Gunadi, salah satu pewaris obyek wisata Api Abadi Mrapen tersebut, Selasa (17/5).

Niatan itu, lanjut Gunadi yang PNS di Kecamatan Purwodadi ini, karena Pemkab Grobogan sejak tahun 2005 tidak lagi campur tangan dalam pengelolaan obyek wisata tersebut.

“Padahal pemasukan setiap bulannya hanya Rp 400.000-Rp 600.000. Jumlah tersebut hanya cukup untuk membayar penjaga sementara untuk pemeliharaan keseluruhan obyek wisata jelas tidak mencukupi,” jelas Gunadi. Kondisi ini yang kemudian mendorong tujuh orang yang mewarisi obyek wisata tersebut tetap akan menjual lokasi tersebut dengan harga sekitar Rp 2,1 miliar.

Adapun luasan obyek wisata yang akan dijual hanya 6.600 meter persegi dari luas keseluruhan 8.660 meter persegi. Luas yang akan dijual meliputi, lokasi Api Mrapen, pendapa, musala dan halaman parkir.

“Kami sudah pernah menawarkan kepada pemerintah baik tingkat kabupaten, provinsi, dan pusat tahun lalu. Namun sampai saat ini belum ada tanggapan. Terus terang kami ingin ada perhatian dari pihak pemerintah untuk mengatasi kondisi ini,” tegas Gunadi.

rif

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya