SOLOPOS.COM - Rahayu Supanggah (Solopos-Ika Yuniati)

Solopos.com, SOLO -- Meninggalnya komposer dan maestro gamelan Rahayu Supanggah pada Selasa (10/11/2020) dini hari, meninggalkan duka mendalam bagi kalangan seniman dan koleganya.

Komposer yang juga Dosen Institut Seni Indonesia (ISI) Solo Dhanis Sugiyanto menyatakan sangat kehilangan sosok Rahayu Supanggah yang menurutnya sangat berjasa dalam perjalanan kariernya.

Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal

"Bagi saya beliau itu guru besar segalanya. Saya ditempa secara mental, secara intelektual, juga secara ke-seniman-an dari beliau. Saya banyak dikenalkan kepada dunia luas, bergaul dengan orang-orang internasional, diberikan pengalaman besar di berbagai negara lewat project-project seninya di seluruh dunia. Bagi saya sangat kehilangan sekali mentor saya guru saya dalam berbagai hal. Dari saya belum mengenal dunia seni di kancah internasional sampai sekarang. Saya banyak berutang budi kepada beliau, beliau berjasa sekali untuk karier saya. Saya terbantu oleh sosok beliau," kata Dhanis kepada Solopos.com, Selasa.

Ekspedisi Mudik 2024

Kamala Harris Berikan Pidato Kemenangan Sebagai Wakil Presiden Wanita Amerika Serikat

Dhanis mengaku kali pertama diajak pentas di luar negeri oleh Rahayu Supanggah pada 1997, tepatnya di Jepang.

"Sampai sekarang jika ada karya beliau pasti terlibat," ungkapnya.

Menurut Dhanis, Pak Panggah -sapaan akrab Rahayu Supanggah- adalah sosok yang kebapakan, kadang keras kalau ada sesuatu yang menurutnya nggak benar, tapi hatinya lembut sekali.

"Kalau sama saya, beliau blak-blakan seperti bapak anak karena sering berhubungan baik sebagai dosen, seniman, maupun sesama manusia," ungkap Dhanis.

Dimakamkan Siang Nanti

Diberitakan, Rahayu Supanggah tutup usia, Selasa (10/11/2020) dini hari. Pak Panggah meninggal dunia di Rumah Sakit Brayat Minulya Solo pukul 02.45 WIB dalam usia 71 tahun.

"Innalillahi wa’innaillaihi rojiun. Bapak Rahayu Supanggah meninggal dunia pukul 03:00 WIB. Mohon dimaafkan segala kesalahan beliau dan mohon doa," tulis seniman Solo Peni Candra Rini dalam pesan yang diterima Solopos.com.

Dalam kabar lelayu yang diterima Solopos.com diinformasikan jenazah Rahayu Supanggah disemayamkan di rumah duka di Dusun Benowo RT 06 RW 08 Ngringo, Kecamatan Jaten, Karanganyar, Jawa Tengah. Selanjutnya, jenazah almarhum akan dimakamkan siang nanti pukul 14.00 WIB, di Astana Laya Benowo Jaten Karanganyar.

Warga Kota Besar Pulau Jawa Wajib Waspada Titik Rawan Gempa Ini…

Sementara itu berdasarkan catatan Solopos.com, konser komposisi karawitan yang didukung para pengajar dan seniman Institut Seni Indonesia (ISI) Solo, di Teater Besar Gendhon Humardani, Kamis (19/10/2019) malam, menghantarkan paripurna tugas Rahayu Supanggah, 70, sebagai pengajar.

Sang maestro yang dikenal sebagai komposer kelas dunia, ilmuwan, guru, sekaligus dosen disegani ini purna tugas sebagai pegawai negeri aktif akhir tahun 2019.

Namun hal itu tak lantas membuatnya berhenti berkarya. Gamelan dan karawitan adalah bagian penting dari hidupnya. Pak Panggah masih tetap mengajar di pascasarjana ISI Solo, dan terus berkesenian.

Bangkitkan Nasionalisme, Berikut 8 Kisah Pahlawan Nasional yang Diangkat ke Layar Lebar

Beberapa komposisi lamanya seperti Setan Jawa dan Opera Jawa bahkan masih dijadwalkan pentas keliling dunia hingga 2020 mendatang. “Ya secara resmi memang pensiun. Tapi ya tetap mengajar, berkesenian,” kata Panggah saat ditemui di kediamannya daerah Benowo, Palur, Jaten, Karanganyar, Minggu (13/10/2019) pagi.

Panggah kala itu menegaskan bahwa belajar tak akan pernah ada habisnya. Selain eksplorasi soal gamelan, ia, juga sedang aktif belajar soal antropologi dan sosial budaya. Prinsip selalu ingin tahu dan terus belajar inilah yang membawa Panggah menjadi tokoh besar.

Menggarap Gaya Baru

Panggah bercerita bahwa setiap bepergian harus selalu menyerap hal baru dari daerah yang dikunjungi. Karena keingintahuannya itulah dia berhasil menggarap I La Galigo yang mendunia. Juga beberapa karya lain.

Saat masih muda ia dianggap merusak tatanan tradisi gamelan karena sering menggarap gaya baru dengan kreativitasnya yang tinggi. Padahal kebaruan atau kontemporer itu disebutnya sebagai hakekat kesenian. Agar tak hilang namun juga bisa mengikuti perkembangan zaman.

“Ya hakekatnya kalau kesenian itu harus kontemporer, kekinian. Kalau enggak kini ya ketinggalan jaman terus,” terangnya.

Dipopulerkan Irman YL Saat Debat Kandidat, Apa Arti Intelegencia Artificial?

Kendati demikian, Panggah, tak asal-asalan dalam menggarap karya. Ia membutuhkan waktu bertahun-tahun untuk menyelesaikan satu judul besar. Saat menggarap kisah epik masyarakat Bugis dalam I La Galigo misalnya. Ia melakukan penelusuran cerita langsung ke Sulawesi Selatan.

Proses pencarian data dilakukan berbulan-bulan melalui pembacaan naskah, maupun cerita langsung dari tokoh masyarakat dan warga setempat. Hal itu agar yang disampaikan kepada penonton tak sekadar pepesan kosong. Semua karya yang disajikan harus sesuai dengan tradisi asli mereka.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya