SOLOPOS.COM - Mulyanto Utomo. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Seorang teman yang biasa menangani pemakaman jenazah dengan protokol Covid-19 bercerita biasanya pada hari Jumat jumlah orang yang meninggal lebih banyak dibandingkan hari biasa.

Jumat (30/7/2021) pagi, kami baru dapat kabar seorang teman meninggal. Saya tak berkomentar, hanya menarik napas panjang, semoga hal itu tak terjadi. Covid-19 telah merenggut nyawa banyak orang.

Promosi Meraih Keberkahan Bulan Syawal, Pegadaian Ajak Masyarakat Umrah Akbar Bersama

Siang harinya, kabar duka datang lagi. Kali ini membikin saya terperanjat. Mantan Pemimpin Redaksi Solopos, Mulyanto Utomo, meninggal dunia di RS Ortopedi dr. Soeharso, Pabelan, Kartasura, Sukoharjo.

Mengagetkan betul. Teman-teman Mas Mul, demikian ia biasa disapa, tak menyangka pria ramah dan murah senyum itu berpulang di tengah pandemi pada usia 58 tahun. Dalam beberapa hari terakhir dia berjuang untuk mengalahkan virus itu. Bahkan, Mas Mul telah mendapatkan plasma konvalesen untuk terapi pemulihan.

Kemudahan Orang Baik

Saya ingat pekan lalu ketika Mas Mul membutuhkan plasma konvalesen. Saya sempat berkomunikasi dengan Sumartono Hadinoto, CEO PMI Solo, melalui telepon. Pak Martono, demikian dia biasa disapa, mengatakan,” Orang baik akan mendapatkan kemudahan.”

Orang baik yang dimaksud Pak Martono adalah Mas Mul. Dan benar, Mas Mul akhirnya mendapatkan donor plasma konvalesen.

Saya membaca status Facebook sejumlah teman soal meninggalnya Mas Mul. Rata-rata menyebut Mas Mul orang baik, guru, teman, sahabat yang menyenangkan. Kawan-kawan di Solopos biasa menyapa “Mas Mul”, bahkan ada yang memplesetkannya menjadi “Mal Mus”. Kami sering makan mi ayam bareng-bareng. Itulah bentuk keakraban kami.

Kehidupan Mas Mul didedikasikan untuk jurnalisme. Mengawali karier sebagai wartawan di Harian Bernas, Mas Mul kemudian menjadi Redaktur, Redaktur Pelaksana, Pemimpin Redaksi, terakhir sebagai Redaktur Senior Solopos.

Hingga suatu saat, dia diuji dengan kecelakaan. Dia kunduran mobil di garasi rumahnya. Sejumlah tulang patah. Lumpuh.

2 Detik Mengubah Hidup

Tentu saja peristiwa itu mengguncang jiwa. Dulu, Mas Mul orang yang mobile, aktif ke mana-mana. Kini harus berkawan dengan kursi roda.
Akan tetapi, Mas Mul berhasil melewati cobaan itu. Dia bangkit. Pengalamannya dia tulis dalam buku berjudul 2 Detik Mengubah Hidup yang terbit pada 2011.

Setelah itu, Mas Mul malah makin aktif. Saat menjadi Redaktur Senior Solopos, Mas Mul tetap bisa ke mana-mana berkawan dengan kursi roda. Ada yang membantu mengantar menggunakan mobil. Menulis jalan terus. Kegiatan sosial tak berkurang, terutama di Yayasan Solopeduli.

Sebagai difabel, dia juga memperjuangkan penyediaan layanan publik yang aksesibel. Dia aktif mengajar khususnya jurnalistik. Wartawan di Solo menjadikannya guru jurnalistik, selain sebagai sahabat.

Banyak pelajaran dari Mas Mul yang luar biasa yang bisa diteladani jurnalis muda. “Semangat pantang menyerah, etos kerja, dan profesionalisme,” ujar Pemred Solopos, Rini Yustiningsih, yang pernah menjadi reporter di bawah koordinasi Mas Mul sebagai redaktur.

Mas Mul juga menyukai sepak bola. Saat itu dini hari, dia kadang menggunggah berita tentang pertandingan bola.

“Waktu itu saya kirim pesan, Pak Mul kok upload berita, apa Bapak tidak istirahat saja?” ujar Rini.

“Sudah tidak apa-apa, ini aku pas nonton pertandingan gayeng, jadi aku tulis sekalian buat Solopos.com,” ujar Mas Mul sebagaimana diceritakan Rini.

Naik Haji

Yang paling fenomenal adalah keinginannya pergi ke Tanah Suci menunaikan ibadah haji. Padahal ada keterbatasan fisik. Diawali dengan umrah bersama istrinya, Andriani Kusumaningrum Kusuma Wijaya. Umrah itu jadi semacam latihan bagi Mas Mul sebelum pergi haji. Jadi dia memahami prosesi ibadah di sana dan bagaimana difabel menjalaninya.

Beberapa tahun kemudian, Mas Mul dan istri akhirnya pergi haji. Mas Mul bercerita mendapat banyak kemudahan di sana. Orang-orang bersuka hati menggendongnya naik bus hingga mendorong kursi roda.

Banyak orang yang membantu menolongnya karena Mas Mul penuh perhatian dan suka menolong teman. Wartawan Solopos Abu Nadhif bercerita saat di Masjidil Haram ketika berhaji pada Juni 2017, Mas Mul kirim pesan Whatsapp. “Bu, kowe kudoakan dari Mekkah. Iki aku di Masjidil Haram. Semoga kowe segera mendapat jodoh.”

Saat itu, Abu Nadhif menduda setelah istrinya meninggal dunia beberapa tahun sebelumnya. Doa itu dikabulkan Allah. “Sebulan setelah itu saya menemukan jodoh saya dan menikah. Itu hanya contoh kecil perhatian beliau untuk teman-temannya, untuk saya lebih tepatnya mantan anak buahnya,” ujar Abu.

Pengalaman dalam beribadah haji itu dituangkan dalam buku berjudul Orang Lumpuh Naik Haji yang terbit pada 2019.

Saat pensiun dari Solopos, Mas Mul tak hanya berdiam di rumah. Dia makin aktif saja. Hampir setiap hari, dia ngantor di Yayasan Solopeduli di Bolon, Colomadu. Dia menjadi anggota dewan pembina lembaga amil zakat tersebut. Mas Mul juga masih menulis di media internal yayasan itu.

Luncurkan Buku Baru

Mulyanto utomo
Halaman muka buku terbaru karangan Mulyanto Utomo yang berjudul Aku Rindu Bersujud. (Istimewa)

Kabar terbaru, pada awal Agustus nanti, Mas Mul sedianya meluncurkan buku baru. Buku ini kelanjutan dari buku sebelumnya. Judulnya Aku Rindu Bersujud. Kavernya Mas Mul tengah bersujud dari kursi roda. Tiga buku itu menggambarkan babak perjalanan hidup Mas Mul. Diawali dari 2 Detik Mengubah Hidup¸lalu Orang Lumpuh Naik Haji, diakhiri dengan Aku Rindu Bersujud.

“Buku itu akan dibedah pada 17 Agustus. Isinya bagus sekali, tentang makna sujud. Dari yang teoritis sampai praktis, menyentuh sekali. Menginspirasi saya untuk sujud yang sebenar-benarnya,” ujar Ustaz Seno Hadi Sumitro kepada Solopos.com, Jumat sore.



Mas Mul meminta Ustaz Seno memberi pengantar buku itu. Menurut Ustaz Seno, Mas Mul rindu bisa bersujud dengan menempelkan dahi ke tanah. Lumpuh membatasi dia dalam bersujud dalam arti fisik. Selama ini, Mas Mul salat dengan duduk.

Di tengah keterbatasan itu, menurut Ustaz Seno, Mas Mul mampu menjelaskan makna sujud itu. Tak selalu dalam arti sebenarnya. Orang bersujud itu menegaskan diri andhap asor atau rendah hati dan suka menolong kepada sesama. Semua itu telah dijalani oleh Mas Mul.

Mas Mul telah paripurna menyelesaikan tiga babak kehidupannya yang penuh arti tak hanya bagi pribadinya, juga bagi kita. Selamat jalan Mas Mul.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya