SOLOPOS.COM - Ilustrasi antisipasi flu burung

Ilustrasi antisipasi flu burung

SURABAYA-PT Riset Perkebunan Nusantara dan Universitas Airlangga meneliti kemungkinan ekstrak teh putih yang bisa mencegah flu burung diproduksi sebagai obat dalam skala massal.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Didiek Hadjar Goenadi, Presiden Direktur PT Riset Perkebunan Nusantara menguraikan produksi teh putih ditargetkan hingga dua ton tahun ini. Jumlah itu diharapkan bisa menghasilkan penjualan Rp2 miliar.

Ekspedisi Mudik 2024

Target optimistis itu disebabkan harga perkilogram teh bisa mencapai Rp1 juta. “Produksi setiap hektare paling hanya 10 kilogram per tahun, jadi memang langka makanya mahal,” jelasnya, Senin (20/5/2013).

Teh putih dihasilkan dari ujung daun yang belum mekar atau masih menggulung. Kelebihan teh ini memiliki antioksidan tinggi, secangkir teh setara dengan 12 cangkir jeruk.

PT Riset Perkebunan Nusantara saat ini mengelola 400 hektare lahan teh di Bandung dan 80 hektare di Puncak, Bogor.

Kandungan teh putih secara spesifik kini sedang diteliti Universitas Airlangga. Chairul Anwar Nidhom, Ketua Avian Influenza Research Center, Universitas Airlangga, menguraikan senyawa teh putih sebagai obat flu burung sudah diuji coba dalam skala laboratorium.

“Teh putih dalam seduhan kedua dan ketiga ternyata bermanfaat mematikan virus flu burung. Demikian juga kakao,” jelasnya di Unair, Senin.

Nidhom menguraikan pihaknya belum mengetahui nama spesifik kandungan yang bermanfaat bagi obat flu burung itu.

“Sedang kami teliti turunannya, sementara kandungan itu kami menyebut senyawa aktif [special compound),” imbuhnya.

Dibanding obat flu burung tamiflu, lanjut dia, senyawa teh bisa dikonsumsi rutin tanpa efek samping. Selain itu, tamiflu hanya efektif diberikan 48 jam setelah terinfeksi, sedangkan senyawa teh dan kakao bisa dikonsumsi setiap hari.

Dia berharap senyawa spesifik yang bisa membunuh virus flu burung bisa ditemukan segera sehingga produksi massal obat berbahan teh bisa dilakukan. “Kami kira setahun penelitian bisa sampai produksi obat massal,” tegasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya