SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Washington--Presiden Barack Obama menggambarkan Korea Utara sebagai ancaman yang menekan dan memberikan dukungan yang tak tergoyahkan pada Korsel setelah serangan arteleri Negeri Komunis itu di perbatasan.

Washington dan Seoul sepakat untuk ‘berkoordinasi’ dalam memberikan respons pada Korut setelah serangan Selasa kemarin yang menewaskan dua marinir Korsel dan memicu warga sipil di Pulau Yeonpyeong untuk menyelamatkan diri.

Promosi Oleh-oleh Keripik Tempe Rohani Malang Sukses Berkembang Berkat Pinjaman BRI

Dalam wawancara dengan ABC News dan dilansir Reuters, Rabu (24/11), Obama enggan berspekulasi tentang tindakan militer yang akan diambil AS terhadap serangan Korut  yang melahirkan banjir kecaman dari dunia internasional dan mempengaruhi pasar uang tersebut.

“Kami ingin memastikan semua pihak di wilayah tersebut mengakui bahwa ini adalah ancaman serius dan terus menerus yang harus ditangani,” kata Obama.

Korea Selatan, setelah mengutuk serangan Korut sebagai “kekejaman tidak manusiawi” terhadap warga sipil tak berdaya, menyatakan pada hari Rabu pihaknya akan menangguhkan bantuan pada Korea Utara dan menghentikan perundingan tentang penyatuan kembali keluarga yang terpisah akibat perang.

Obama telah mendapatkan penjelasan singkat oleh pejabat keamanan dan militernya tentang serangan terburuk sejak perang Korea 1950-1953 itu.

“Presiden menegaskan kembali dukungan teguh Amerika Serikat untuk sekutu kami, Republik Korea, dan membahas cara-cara untuk meningkatkan perdamaian dan keamanan di semenanjung Korea ke depan,” demikian pernyataan Gedung Putih.

AS yang memiliki 28.500 tentara di Korsel, bersama Seoul akan bekerjasama untuk membahas respons atas serangan itu.

“Kami akan bekerja dengan Cina, kita akan bekerja sama dengan semua mitra kami enam-pihak untuk memberikan respons,” ucap juru bicara Departemen Luar Negeri Mark Toner, mengacu pada kelomoik internasional yang menangani program nuklir Korea Utara.

Serangan Korut terjadi setelah terungkap Korut sedang melakukan pengayaan uranium, yang bisa diubah menjadi bom nuklir, yang merupakan peringatan serius bagi AS dan sekutunya. Serangan juga terjadi seiring dengan suksesi Kim Jong-Il pada anak bungsunya, Kim Jong-Un.

dtc/nad

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya