Om ano bhadrah kratatawo yantu wiswatah
Om swasty astu
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Semoga semuanya memperoleh kebahagiaan. Semoga semuanya memperoleh kedamaian. Semoga semuanya memperoleh kebajikan, saling pengertian. Dan semoga semuanya terbebas dari penderitaan lahir dan batin ( Rg. Veda X. 53. 8 ).
Dalam Weda Smrti. V.109 menyatakan, adbhirgatrani cubhayanti, manah satyena cudhayanti, widyotapa bhayam bhutatma, bhudhir jnanena cuddhyanti. Maksudnya, tubuh dibersihkan dengan air, pikiran dibersihkan dengan kebenaran dan kejujuran, jiwa disucikan dengan pelajaran tanpa brata dan kecerdasan dibersihkan dengan kebijaksanaan.
Kesucian adalah faktor utama dalam berbagai kehidupan menuju kebahagiaan hidup. Hidup akan bermakna jika kita memberikan makna tentang kedirian batin.
Hakikat Sundharam adalah keharmonisan hidup yang mencakup tiga substansi yakni, keharmonisan manusia dengan Sang Pencipta, keharmonisan manusia dengan manusia, dan keharmonisan manusia dengan alam semesta beserta manifestasinya. Ketiga substansi keharmonisan dituangkan dalam Tri Hita Karana yaitu tiga penyebab kebahagiaan manusia dan alam semesta beserta isinya.
Dalam pelaksanaan Nyepi Caka 1931 yang didahului dengan Hari Raya Galungan pada 18 Maret 2009 dan Hari Raya Nyepi pada 26 Maret 2009 serta Hari Raya Kuningan pada 28 Maret 2009, kita tingkatkan kualitas dharma guna memahayu hayuning bhawono dengan nilai religius.
Manifestasi kebudayaan Hindu tercermin dalam setiap prilaku kehidupan, tidak terlepas dari ritual agama dan budaya menunjukkan sebuah dialektika. Keduanya telah terwujud menjadi kesatuan realitas sebagai bentuk penghayatan atas ajaran agama Hindu yang mengendap dalam praktik tradisi kebudayaan hidup dalam masyarakat.
Tradisi merupakan akulturasi mengendap dalam masyarakat sebagai praktik hidup sehari-hari dipahami sebagai sebuah perwujudan atas bentuk penghayatan atas kehidupan di alam semesta. Manifestasi nilai kebudayaan yang mengendap di dalam masyarakat menjadi suatu ajaran kefilsafatan yang mendalam, keseluruhan manifestasi kebudayaan dimunculkan dari sebuah dialektika historis antara filsafat, agama, dan budaya.
Hampir keseluruhan praktik kebudayaan adalah infiltrasi ajaran agama. Hindu mempunyai tradisi kefilsafatan unik dan terus mentradisi sebagai nilai kehidupan yang adi luhung. Hindu dalam praktik kehidupan berupaya mensinergikan tradisi kefilsafatan, budaya dan sekaligus agama dalam bentuk religius sehingga antara tattwa/ filsafat, etika dan ritualitas menjadi satu kesatuan pelaksanaan ajaran agama dalam keseharian.
Dharsana ( filsafat ) dalam kehidupan Hindu “melihat kebenaran” dan menggunakannya untuk problem sehari-hari. Para Maha Rsi ( orang suci ) tujuan mempelajari filsafat bukan sekadar memperoleh pengetahuan belaka, melainkan guna mengungkapkan jenis kehidupan yang tertinggi serta menghayatinya, yakni kehidupan membawa berkat atau realisasi jiwa.
Identik dengan pernyataan Plato orang memahami filsafat bukan untuk kepuasan rasio belaka, melainkan untuk mencari keselarasan hidup, guna mencari sang jiwa yang sejati.
Ajaran ini dalam Hindu terealisir dalam bentuk ritualitas, salah satunya dalam perayaan Nyepi Caka 1931, yang menekankan penegakan dharma guna menjaga keselarasan hidup, dengan mensinergikan perkataan, pikiran dan perbuatan sebagai realitas agama menuntun orang kejalan bijaksana.
Tidak sebaliknya mengatasnakan agama untuk berbuat kesewenang-wenangan seperti melanggar hak asasi orang lain, mencela ajaran orang lain, munculnya rasa kesukuan, fanatisme yang berlebihan dilandasi dengan egosentris, idealisme, materialisme dan tidak kalah pentingnya menganggap dan mengukur orang lain dengan dirinya sendiri, ini suatu perbuatan memaksakan kehendak. Ini jelas melanggar norma-norma humanisme.
Melalui perayaan Nyepi Caka 1931 hendaknya kita melakukan introspeksi untuk merekonstruksi diri dalam pengamalan dan pemahaman ajaran agama. Semangat Nyepi hendaknya dapat kita implementasikan dalam kehidupan nyata. Secara intrinsik pelaksanaan Nyepi “Anyekung Jnana Sudha Nirmala”, ( mulat sarira ) mengekang hawa nafsu guna mencapai pencerahan dan kebijaksanaan spiritual. Seorang mendapat pencerahan sesuai dengan tingkat kesucian, pemahaman dan penghayatan religiusitasnya.
Dengan catur brata, Nyepi hendaknya diimplementasikan dalam kehidupan nyata, yang dilandasi dengan ajaran Tri Kaya Parisudha, secara sistemik keselarasan Manahcika, Kayika dan Wacika ( pikiran, perbuatan dan perkataan ), perkataan yang baik , benar dan jujur mengutamakan kebenaran dan perbuatan yang baik dapat dipertanggungjawabkan secara agama.
Nyepi merupakan kesadaran batin penuh dengan keutamaan rohani, memulyakan hidup yang lebih baik dan harmonis. Secara esensi Nyepi adalah menghentikan berbagai tindakan dan perbuatan keduniawian dalam keseharian yang terakumulasi dalam setahun, guna dievaluasi secara total setiap tahun baik atau buruk ( subhaasubakarma) tergantung swadharmaning masing-masing.
Nyepi/ sipeng secara teologis menyadarkan kita supaya eling lan waspodo ingat tentang kedirian kita. Bahwa hidup ini mempunyai tanggung jawab besar terhadap kehadiran kita di alam semesta, yang harus kita pertanggung jawabkan serta diharmoniskan melalui religius Nyepi, yang diawali dengan Melasti/ labuhan, membuang “Malaningsarira”, (kekotoran badan) baik berupa kekotoran pikiran, perkataan dan perbuatan selama kehidupan, kita buang “ring telenging segara dan angamet amerte ring telenging segara”.
Umat Hindu tidak boleh lupa bahwa dalam Bhagawad Gita dengan tegas dinyatakan “Kutum Bhaka Wasudewa”. Pada hakikatnya kita adalah bersaudara seiring dengan ajaran “Tat Twam Asi”, bahwa orang lain adalah bagian dari diri kita dan diri kita adalah bagian dari orang lain, menghormati orang lain sebenarnya menghormati diri kita sendiri.
“ Ahimsa satyam akrodhas, tyagah santir apaisunam daya bhuteshva loluptvam, mardavam hrir achapalam” ( Bhagawad Gita XVI. 2 )
Tanpa kekerasan, benar tanpa kemarahan
Tanpa egoisme, tenang, tanpa mencari-cari kesalahan
Kasih sayang kepada semua makhluk, tiada loba dan serakah
Lemah lembut, sopan santun pribadinya dan dalam keseimbangan jiwa.
Om Santi-Santi-Santi Om.