Om Swastyastu
Om Ano Bhadrah Kratawo Yantu Wiswatah
Perayaan Hari Raya Nyepi saka 1932, tahun ini akan dirayakan pada Selasa (16/3) 2010 diawali dengan berbagai kegiatan ke agamaan maupun kegiatan kegiatan sosila kemasyarakatan.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Dibidang keagamaan diawali dengan ritual matur piuning melaksanakan ritual upacara untuk memohon kepada penguasa alam semesta, seperti matur piuning ke Pura, Ke Merapi, ke Tuk Pitu, di Tugu dan di Beji/ Pura Tirta Kamandalu yang dilaksanakan Jumat (12/3). Pada Sabtu (13/3) dilaksanakan upacara Melasti atau, labuhan di Pantai Parangtritis dengan tujuan membersihkan berbagai kepapan lahir dan bhatin dan mengambil air kehidupan/ Angamet Tirtha Kaman dalu ring telengin segara, guna menyucikan diri secara lahir dan bhatin.
Sehari sebelum memasuki acara puncak umat Hindu wajib melaksanakan Uapacara Tawur Agung Kesanga, yang pelaksaanya dimulai dari rumah tangga masing -masing wajib membuat upacara tawur, disetiap Pura, ditingkat kecamatan, kabupaten, dan tingkat Provinsi DIY dipusatkan di pelataran Candi Prambanan tepatnya Senin (15/3), sebagai rialisasi dari ajaran ( Tri Hita Karana ), tiga penyebab harmoni.
Khususnya umat Hindu di DIY, Jawa Tengah dan sekitarnya melaksanakan Upacara Tawur Agung Kesanga di Candi Prambanan. Menyadari sebagai ciptaan Tuhan , sebenarnya mempunyai utang yang tidak bias dibayar selama kehidupan ini. Baik utang kepada sesama manusia, kepada alam semseta ( Bhuana Agung ), dan kepada Tuhan, ketiga utang ini hanya dapat dibayar lewat pelaksanaan ajaran agama, dan keagamaan.
Kepada Tuhan kita punya utang kehidupan, kepada manusia kita dilahirkan oleh seorang ibu dan utang kepada alam semesta berupa, oksigen sandang, papan dan pangan serta seluruh berbagai kebutuhan kehidupan yang disediakan oleh alam semesta.
Apa yang kita ambil, miliki sesungguhnya adalah milik Tuhan, maka wajib sebagai umat untuk melaksanakan upacara Tawur yang pada prinsipnya mengharmoniskan alam dan kehidupan sesuai dengan dharmanya.
Makna Tawur Agung Kesanga memelihara keselarasan dan keharmonisan peredaran alam supaya beredar sesuai dengan dharmanya. Maka umat Hindu mempunyai kewajiban untuk memelihara dan merawat alam seperti memelihara/ merawat tubuh kita, maka alam ini akan memeberikan berbagai kenikmatan, memberikan berbagai kebahagiaan dan sebagainya kepada seluruh kehidupan.
Hindu selalu adaptasi dan antisifatif terhadap berbagai perubahan, lebih-lebih perubahan alam semesta yang sangat berdampak dalam kehidupan. Setiap perubahan membawa dampak psikologis dalam kehidupan, terkait dengan hal tersebut hendaknya kita selalu mendekatkan diri kepada Tuhan. Mari kita saling menyadari terutama dalam berbagai perbedaan menuju perdamian. Setelah pelaksaan Tawur agung kesanga berjalan dengan baik dan sempurna maka bias memasuki ritual catur brata nyepi dengan baik pula.
Melalui ritual dan pelaksanaan Catur Brata Nyepi kita menyongsong Tahun Baru Saka 1932 dengan penuh kesucian, sepi dan sunya. Dalam keadaan suci, sepi dan sunya umat Hindu melaksanakan introspeksi diri/subhaasubha karma, untuk selanjutnya melaksanakan hidup yang berkualitas yakni: Satyam Siwam Sundaram, kejujuran kesucian keharmonisan. Disamping tersebut nyepi pada hakekatnya melaksanakan Mulat Sarira Anyekung Jnana Sudha Nirmala.
Pengekangan nafsu guna mencapai tingkat spiritual. Nafsu dan pikiran tidak terkendali dapat menghambat berbagai aktifitas kehidupan, lebih-lebih aktifitas moral dan etik. Catur Brata Nyepi hendaknya diimplementasikan dalam kehidupan nyata sesuai dengan Tri Kaya Parisudha, pikiran yang bersih dan suci, perkataan yang baik, dan jujur mengutamakan kebenaran dan perbuatan baik dapat dipertanggung jawabkan secara agama.
Nyepi/sipeng secara theologies menyadarkan manusia supaya eling lan waspodo, mempunyai tanggung jawab besar terhadap kehidupan dialam semesta ini, yang harus kita harmoniskan melalui Tawur Kesanga Nyepi dan Catur Brata Nyepi: Amati Gni: tidak menyalakan api dan sejenisnya, kita mematikan api secara duniawi tidak memasak justru melakukan upawasa, memadamkan api amarah, permosuhan, mengendalikan hawa nafsu, tidak sombong.
Secara filosofis kita diajarakan menumbuhkan toleransi, hidup rukun, saling menghormati berbagai perbedaan yang ada sebagai cirri bangsa yang hitrogen. Amati Gni mengandung makna tapa saliro, rasa kekeluargaan dan persaudaraan yang tulus. Disinilah umat Hindu Mulat Sarira melakukan Tapa, Brata, Yoga dan Semadi, mati sejeroning hurip dan hurip ring sejoroning pati, sehingga dapat memasuki Tahun Baru Saka 1932 dengan selamat dan sukses bersih lahir dan bhatin. Amati Karya: adalah tidak bekerja/menghentikan pekerjaan secara pisik, namun pada saat Nyepi kita mengintrospeksi diri, dengan mengepaluasi kinerja yang kita lakukan dalam kehidupa , apakah sudah sesuai dengan dharma ataun belum. Amati Lelungan: tidak berpergian keluar rumah secara hakikat adalah melakukan pemujaan, mengidungkan nama Tuhan dengan melakukan Japa Mantram dan meditasi .
Anyekung Jnana Sudha Nirmala melakukan pengendalian diri dengan mengentrol berbagai pikiran, perkataan dan perbuatan, dengan harapan dapat hidup yang baik berdasarkan dharmaning kehidupan, segala yang kita lakukan hendaknya dapat dipertanggung jawabkan kepada Sang Pencipta, bukan kepada diri kita sendiri. Amati Lelanguan adalah tidak mendengarkan dan menikmai hiburan, melainkan menjauhkan diri dari dunia ramai, kita mencari sunyi mencari sepi, karena didalam sepi kita mendapatkan kebahagian bhatin.
Secara filosofis Catur Brata Nyepi mengandung arti dan makna yang relevan dengan tuntunan untuk melestariakan alam sebagai tujuan utama dari pada Upacara Tawur Kesanga tentunya merupakan tuntunan hidup, masa kini dan masa yang akan datang.
Kesucian, kebersihan, keharmonisan dan keserasian hidup serta kelestarian ketiga unsur Tri Hita Karana merupakan prasyarat untuk meningkatkan kualitas hidup, bersama-sama menoleh kedalam diri sendiri dan mendengarkan bisikan diri pribadi yang jujur dan murni, bersih dari berbagai sifat negatif seperti permusuhan , dengki, keserakahan, sombong dan sebagainya. Dengan demikian Hari Raya Nyepi benar-benar kita rasakan sebagai detik-detik penting dan saat terbaik untuk merenungkan kembali hakikat sebagai manusia. Inilah yang menjadi tujuan umat Hindu merayakan Nyepi diharapkan dapat menemukan makna hidup yang sebenarnya. Dalam Bhagawad Gita dinyatakan, Ahimsa satyam akrodhas, tyagah santir apaisunam, daya bhuteshu aloluptvam, mardawam hrir achapalam. Maksudnya, tanpa kekerasan, benar , tanpa kemarahan tanpa egoisme tenang, tanpa mencari-cari kesalahan, kasih sayang kepada semua mahluk, tiada loba dan serekah, lemah lembut, sopan santun pribadinya dan dalam kesehimbangan jiwa.
Selamat Hari Raya Nyepi Saka 1932 semoga kedamian selalu mengalir dalam kehidupan.
Om Santi- Santi-Santi Om.