Tak kalah dengan yang muda-muda, Bu Lady Cempluk, pensiunan PNS yang tinggal di Laweyan Solo ini juga kepingin ngrasakke numpak bus Batik Solo Trans (BST) yang baru saja diluncurkan di Kota Bengawan. Makanya ketika akan mengambil uang pensiun sekaligus membayar tagihan telepon dan listrik di sebuah bank, Bu Cempluk tidak mau diantar putranya.
Sebagai warga negara yang baik, sudah tentu Bu Cempluk harus mematuhi peraturan yang ada, bahwa setiap calon penumpang BST harus nyegat di halte yang sudah disiapkan. Ia pun nyegat di halte yang terletak di depan Markas Korem 074 Warastratama Solo, Kerten.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
Perlu diketahui, halte yang didirikan di situ berbeda dengan halte lainnya yang didirikan secara permanen. Halte di depan Korem itu bersifat sementara. Bentuknya mungil dan pengguna harus naik tangga, sehingga mirip podium untuk berpidato. Dengan penuh percaya Bu Cemplu pun menaiki tangga dan ngadeg nggejejer sendiri. Sayang, bus yang sudah ditunggu beberapa menit itu tak kunjung datang juga. Karuan saja keberadaan Bu Cempluk yang berdiri di halte mungil itu menarik perhatian dan membuat orang-orang yang lewat tersenyum-senyum melihatnya.
Jadi, bagi siapa pun yang kepingin latihan pidato atau jadi dirigen untuk menyambut 17-an, coba saja naik podium halte itu…
Meirawan Wijaya, Jl Laos Utara No 07 RT 01/RW XI Kagokan, Pajang, Laweyan, Solo 57146