Dirayu Cewek Edan
Promosi Sejarah KA: Dibangun Belanda, Dibongkar Jepang, Nyaman di Era Ignasius Jonan
Jon Koplo adalah seorang guru SMP swasta di Sampangan, Semarang. Setiap hari berangkat kerja ia selalu naik kendaraan umum, dan untuk memudahkan perjalanannya ia selalu menyeberang sungai banjir kanal yang membelah Kota Semarang.
Senin pagi itu Jon Koplo sudah memakai seragam korpri dan buru-buru berangkat kerja, takut telat upacara. Ndilalah sesampai di tepi sungai banjir kanal, hanya ada seorang cewek yang siap untuk menyeberang bersamanya. Setelah membayar uang perahu, ia minta izin Tom Gembus, sang penjaga perahu penyeberangan untuk narik perahu sendiri tanpa kawalan Gembus. “Nggak usah nunggu penyeberang lain Pak, saya buru-buru. Biar saya sendiri yang narik.” pinta Koplo. Tom Gembus yang sebenarnya masih berharap menunggu penyeberang lainnya hanya bisa manut. Maka perahu getek yang disambungkan antara simpul penyeberangan timur dan barat sungai itu pun dijalankan sendiri oleh Jon Koplo.
Di tengah-tengah saat menyeberang, gadis manis yang tadinya hanya diam saja, akhirnya cengar-cengir sendiri. “Aduh, mase ini pengertian, deh,” kata cewek yang bernama Lady Cempluk ini.
“Oh ya, mbake mau ke mana, berangkat kerja atau kuliah?” tegur Koplo basa basi.
“He-he-he… Enggak kerja, enggak kuliah, Mas,” jawabnya sambil klecam-klecem.
“Lalu mau ke mana?” tanya Koplo.
“Mau ikut kamu! Boleh ya, Mas? Ha-ha-ha…” kata Cempluk sambil menarik lengan Koplo.
”Jabang bayi! Bukl cah edan ta iki!” batin Koplo kaget karena dengan agresifnya Cempluk langsung memeluknya.
Tentu saja Koplo gila dan lari menghindar. Tapi sial, ia terpeleset dan ambyur ke sungai dengan suksesnya. Untung saja sudah hampir sampai di tepi sungai. Tapi meski terhindar dari Cempluk, Koplo terancam tak bisa ikut upacara karena thili-thili, pakaian seragamnya teles kebes…
Soleh Hadi S, Gagak Sipat RT 003/RW 003, Ngemplak, Boyolali