SOLOPOS.COM - Warga berebut gunungan pada perayaan Nyadran Agung di depan rumah dinas bupati Kulonprogo hingga Alun-alun Wates Kulonprogo, Sabtu (13/6/2015). (Harian Jogja/Rima Sekarani)

Nyadran Agung di Kulonprogo ramai pengunjung. Doa belum selesai, gunungan sudah habis diserbu warga

Harianjogja.com, KULONPROGO– Ribuan warga berkumpul di depan rumah dinas bupati Kulonprogo hingga area Alun-alun Wates, Sabtu (13/6/2015). Mereka bersiap memperebutkan berbagai hasil bumi dan persembahan lain dari 22 gunungan yang disediakan untuk perayaan Nyadran Agung.

Promosi Tragedi Bintaro 1987, Musibah Memilukan yang Memicu Proyek Rel Ganda 2 Dekade

Sejak tengah hari, satu per satu gunungan berdatangan ke Alun-alun Wates. Selain dari masing-masing Satuan Kerja Perangkat Daerah (SKPD) Pemkab Kulonprogo, ada pula 10 gunungan yang dibuat warga dari 10 desa budaya. Tidak hanya hasil bumi dan aneka makanan tradisional, produk air mineral dan kain batik pun ikut menghiasi gunungan.

Menjelang sore, rangkaian acara Nyadran Agung dimulai. Warga pun merapat dan petugas mencoba menahan agar mereka tidak terlalu dekat dengan gunungan. Satu per satu pejabat kemudian menyampaikan pidato sambutan. Di sisi lain, warga semakin tidak sabar dan perlahan terus berusaha mendekati gunungan.

Saat pemuka agama memanjatkan doa, warga sudah benar-benar mepet dengan gunungan. Sempat ada beberapa tangan anak-anak yang mencoba mengambil cabai di salah satu gunungan. Mengetahui hal itu, petugas segera menegurnya.

Sekitar 10 menit berlalu, doa belum juga berakhir. Warga semakin geregetan dengan apa yang ada di hadapan mereka. Begitu ada satu orang yang nekat, warga lain langsung terdorong mengikuti. Perebutan gunungan pun dimulai. Khawatir tumpeng yang bakal dipotong bupati usai berdoa ikut jadi sasaran, petugas segera menjauhkannya dari kerumunan.

Warga sangat antusias berebut gunungan, sementara para pejabat dan tamu undangan hanya bisa mengamati sembari terus mengamini doa yang dipanjatkan. Beberapa menit sebelum doa berakhir, puluhan gunungan sudah laris manis.

Rina Astuti, warga Desa Kalidengen, Kecamatan Temon mengaku baru sekali mengikuti Nyadran Agung. Beberapa batang padi yang berhasil didapat akan dikubur dan berharap bisa membuat tanah pertanian lebih subur. “Tadi ambil kain batik tapi direbut orang,” ungkap Rina.

Teguh Setiono, warga Desa Kulwaru, Kecamatan Wates pun mengaku senang karena berhasil mengumpulkan beberapa jenis sayuran dan sehelai kain batik.Cepat-cepat semua sayuran dia bungkus dalam kain. “Ini cuma diadakan setahun sekali. Mungkin pada takut kehabisan sehingga mulai berebut sebelum doa selesai. Saya ikut-ikutan saja,” kata pria 33 tahun itu.

Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo mengaku bisa memaklumi ketidaksabaran warga. Dia justru senang dengan antusiasme warga. “Sedih lho kalau kita bikin gunungan lalu warga apatis. Kami malah tersentuh karena meski yang kami berikan hanya seadanya, ternyata bagi mereka itu berarti,” ujar Hasto usai Nyadran Agung.

Hasto lalu mengatakan, Nyadran Agung diharapkan jadi wadah interaksi warga untuk melestarikan budaya sekaligus meningkatkan kepedulian sosial. “Hari ini kami juga mengundang 1.000 keluarga prasejahtera untuk menerima beras murah,” paparnya kemudian.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya