SOLOPOS.COM - Set up gamelan di pendopo Nunggak Semi untuk kegiatan pemberdayaan seni karawitan di Parangjoro, Grogol, Sukoharjo. (Istimewa-Adik Wibowo)

Solopos.com, SUKOHARJO — Komunitas Nunggak Semi bersama Institut Seni Indonesia (ISI) Solo mempersembahkan sebuah lagu dengan judul Gendhing Lancaran Lumbung Silayur yang bercerita tentang kondisi Parangjoro di Grogol, Sukoharjo. Hal itu disampaikan penulis lirik sekaligus budayawan pembuat geguritan, Adimas Suratman.

“Kejadian apa pun saya tulis, jadi sebuah geguritan. Saya tidak punya cita-cita itu menjadi sebuah lagu. Begitu connect dengan orang-orang yang sama jadilah lancaran Lumbung Silayur yang menceritakan kondisi persawahan di Parangjoro,” katanya saat berbincang dengan Solopos.com melalui telepon, Kamis (12/5/2022).

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Dia menyebut di Parangjoro sendiri memiliki sebuah ikon Lumbung Silayur, yang merupakan kas desa. Penggarapan syair seluruhnya berasal dari geguritan yang telah dia tulis. Sementara itu dalam aransemen lagu tersebut dibantu oleh Dosen Seni Karawitan, ISI Solo, Ananto Sabdo Aji, beserta mahasiswa-mahasiswinya.

Krucuk-krucuk iline banyu. Katon kledhang-kledhang kanca tani, den nguripi tetanduran pari. Agawe mukti lan murakabi Lumbung Silayur kang cinatur ing pradesan. Subur makmur subur makmur ngalelewa. Parangjoro dadya mulya lan kuncara raharja kalis ing sambikala. Lumbung silayur kae papane, dadi srana rumeksa sasama. Kayu megar sing makantar kantar. Pulung pulung gusti paringa tetulung,” katanya melagukan Gendhing Lumbung Silayur.

Karya seni sederhana ini diharapkan dapat menumbuhkan satu rasa kecintaan masyarakat pada budayanya sendiri dan juga pada potensi yang ada. Masyarakat jika ditumbuhkan hal-hal sederhana dengan tidak memikirkan mengadakan hal-hal yang terkesan mahal dan merepotkan, memanfaatkan apa yang ada di sekitarnya dengan baik akan menjadi magnet-magnet pembangunan UMKM ataupun nguri-uri budaya warga sekitar.

Baca juga: Nunggak Semi Ingin Parangjoro Sukoharjo Jadi Desa Festival

“Kemarin sudah kami serahkan kepada Pemerintah Desa Parangjoro, bahkan diapresiasi. Baru awal tahun 2022 kami serahkan. Kami juga menyampaikan semoga menjadi semacam ikon daerah yang bisa dilagukan dalam berbagai acara,” katanya.

Diberitakan sebelumnya, Komunitas Nunggak Semi beranggotakan beberapa warga Parangjoro, Grogol, Sukoharjo, berharap kegiatannya dapat menjadi embrio desanya menjadi Desa Festival. Hal itu disampaikan Adik Wibowo, salah satu anggota komunitas Nunggak Semi, Kamis (12/5/2022).

Kepada Solopos.com, Adik Wibowo mengatakan Nunggak Semi awalnya bernama Explore Parangjoro. Namun kemudian dalam beberapa kegiatan Explore Parangjoro ternyata tak hanya berkegiatan di desa setempat, sehingga mereka mengubah namanya menjadi Nunggak Semi.

Baca juga: Ubah Stigma, Petani Milenial Sukoharjo Rambah Pemasaran Digital

“Awalnya Explore Parangjoro, tapi karena berkegiatan di luar [daerah] namanya jadi kurang luwes, akhirnya diganti menjadi Nunggak Semi yang bisa diistilahkan dari kata nunggak yang artinya menurunkan kepada generasi selanjutnya. Dan semi yang diharapkan dapat disemai hal-hal baik oleh generasi berikutnya,” jelasnya saat dijumpai Solopos.com di rumahnya.

Adik mengatakan kegiatan Nunggak Semi bermula dari hobi dan kegemaran para anggota tentang seni dan budaya. Anggota komunitas yang baru berdiri dua tahun itu berasal dari pendidik, budayawan hingga pelaku UMKM. Para anggota berasal dari Parangjoro, tapi ada beberapa anggota yang saat ini tidak lagi berdomisili di Parangjoro.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya