SOLOPOS.COM - Anggota Komunitas Nunggak Semi saat Angon Rasa ke Studio Mendut Magelang, Sabtu (15/1/2022). (Istimewa/dok. Nunggak Semi)

Solopos.com, BOYOLALI — Komunitas sosial, seni, dan budaya Nunggak Semi Boyolali-Sukoharjo mengadakan kegiatan angon rasa atau sarasehan ke salah satu budayawan Magelang, Sutanto Mendut. Kegiatan tersebut dilaksanakan pada Sabtu (15/1/2022) di Studio Mendut Magelang.

Salah satu anggota Nunggak Semi, Sularso, mengatakan komunitas Nunggak Semi adalah komunitas yang bergerak di bidang sosial, seni dan budaya. Laki-laki yang merupakan dosen Universitas Ahmad Dahlan Yogyakarta tersebut juga menjelaskan asal usul pemberian nama Nunggak Semi yang berasal dari kata tunggak dan semi.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Nunggak semi berasal dari kata tunggak yang berarti tonggak atau tunggul kayu yang masih tegak dan semi yang berarti tumbuh, bersemi, bertunas. Tonggak itu diibaratkan sebagai budaya dan semi diibaratkan sebagai pertumbuhan atau perkembangan kebudayaan yang menekankan, bahwa pengembangan suatu kebudayaan seharusnya tidak menghasilkan pertumbuhan secara liar melainkan didasarkan atas pokok [tonggak] kebudayaan yang tradisional atau klasik,” ungkap Sularso kepada Solopos.com pada Minggu (16/1/2022).

Baca juga: Nikmatnya Makan di Restoran Sambil Belajar Berkebun Anggur di Boyolali

Sularso kemudian menjelaskan tujuan dipilihnya angon rasa Komunitas Nunggak Semi Boyolali-Sukoharjo ke Studio Mendut Magelang dikarenakan Sutanto Mendut adalah sosok budayawan yang dapat meningkatkan kualitas spiritual budaya desa di wilayah lima gunung.

“Mengapa dipilih ke Studio Mendut karena Sutanto Mendut adalah salah satu tokoh budayawan internasional, penggagas Festival Lima Gunung, yang berhasil mengabdi kepada masyarakat desa, serta mampu meningkatkan kualitas kehidupan spiritual budaya desa di wilayah lima gunung, yaitu Merbabu, Merapi, Andong, Menoreh, dan Sumbing,” ungkap Sularso.

Membentuk Jejaring Komunitas

Lebih lanjut, Sularso mengatakan alasan Komunitas Nunggak Semi berangon rasa ke Studio Mendut adalah untuk menimba ilmu dari Sutanto Mendut yang telah berhasil mengembangkan desa-desa budaya yang ada di wilayah lima gunung.

“Kami belajar dari Mas Tanto Mendut bagaimana cara mendapatkan pengetahuan, keterampilan, pengembangan komunitas, serta bagaimana cara meningkatkan dan membentuk jejaring komunitas. Hal tersebut karena Mas Tanto Mendut berhasil mengembangkan desa-desa budaya yang di wilayah lima gunung,” tambah Sularso.

Baca juga: Perjuangan Daryati Kembangkan Perpustakaan Berbasis Inklusi di Boyolali

Sularso mengatakan setelah berkunjung ke studio Sutanto Mendut, budayawan tersebut bersedia untuk menjadi sesepuh Nunggak Semi dan siap memberi gagasan untuk komunitas tersebut.

“Mas Tanto sekarang menjadi sesepuhnya Komunitas Nunggak Semi. Beliau senang sekali untuk menjadi sesepuh Komunitas Nunggak Semi karena ini komunitas baru sowan ke Tanto Mendut. Dan beliau siap sedia untuk memberikan gagasan-gagasan bagi Nunggak Semi agar kami dapat mengembangkan wilayah-wilayah kami,” ungkap Sularso.

Dalam angon rasa tersebut, Sutanto Mendut mengingatkan anggota Nunggak Semi untuk tidak pilah-pilih ketika berkesenian dan memastikan seluruh warga desa aktif berkegiatan.

“Dalam berkesenian, kita bisa membonceng ritus sosial. Jika ritus sosial itu sudah berjalan, maka bisa dikembangkan masuk ke seni dunia baru. Intinya, ajak satu kampung semuanya, jangan omong ini berbakat ini tidak, ini religius ini tidak, pastikan semua aktif, jangan pilih-pilih dan jangan memberikan batas,” ucapnya.

Baca juga: Ini Asal Usul Nama Boyolali, Ada Kaitannya dengan Buaya?

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya