SOLOPOS.COM - Ketua PBNU Said Aqil Siradj memberikan keterangan kepada wartawan terkait Muktamar Ke-33 NU di Jombang, Jawa Timur, Senin (3/8/2015).(JIBI/Solopos/Antara/Zabur Karuru)

NU menilai Jumatan atau salat Jumat di jalan tidak sah menurut Kitab Kuning, kitab klasik yang menjadi rujukan fikih.

Solopos.com, JAKARTA — Ketua Umum Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) Saiq Aqil Siradj mengimbau warga NU tidak mengikuti aksi bela Islam III yang rencananya digelar pada 2 Desember 2016. NU juga menilai salat Jumat di jalan raya seperti yang direncanakan dalam aksi tidak sah berdasarkan analisis terhadap kitab kuning.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Saya mengimbau warga NU tidak usah berdemo, kerja saja. Hari itu hari hari kerja,” kata Said Aqil di Kantor PBNU, Kramat Raya, Jakarta Pusat, Minggu (27/11/2016), dikutip Solopos.com dari Okezone.

Ia mengatakan saat ini kasus dugaan penistaan agama yang dilakukan calon gubernur DKI petahana Basuki Tjahaja Purnama (Ahok) tengah diproses, sehingga tak perlu lagi melakukan demonstrasi. “Jangan berdemo, risikonya besar. Habis waktu, energi, uang dan tenaga. Menurut saya, toh tuntutannya lagi diproses,” tandas dia.

Menurut rencana, Gerakan Nasional Pengawal Fatwa MUI (GNPF-MUI) akan kembali turun ke jalan pada 2 Desember 2016. Kali ini, mereka menuntut agar Ahok ditahan setelah ditetapkan sebagai tersangka oleh Mabes Polri. Aksi GNPF-MUI itu rencananya dilakukan dengan menggelar salat Jumat berjamaah di sepanjang Jl. Sudirman dan Jl. Thamrin.

Rencana tersebut mendapatkan kritik, bukan hanya karena kasus Ahok sudah diproses di kejaksaan, tapi juga terkait salat Jumatnya. Said Aqil Siradj menilai aksi demo pada 2 Desember 2016 dengan melakukan salat Jumat berjamaah di jalan protokol Jakarta itu tidak sah. NU melihat salat Jumat seharusnya dilakukan di masjid, bukan jalan raya.

“Menurut NU, menganalisis dari kitab kuning, itu tidak sah. Tidak sah Salat Jumat kecuali di bangunan, yaitu masjid,” kata Said Aqil, di Kantor PBNU, Kramat Raya, Jakarta Pusat, Minggu.

Said Aqil menjelaskan seandainya bangunan masjid hancur karena bencana alam, maka salatnya diganti dengan salat zuhur empat rakaat. “Seandainya masjid itu hancur karena gempa bumi atau longsor maka Salat Zuhur empat rakaat,” ujarnya. “Kalau polisi sudah kerja keras, dan NU siap bersama polisi kalau diminta bantuan,” imbuhnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya