SOLOPOS.COM - Novel Baswedan dan istri

Novel Baswedan dan istri

JAKARTA– Kompol Novel Baswedan, namanya masih menjadi trending topic masyarakat di tengah perseteruan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) vs Polri. Pria kelahiran Semarang 20 Juni 1977 ini dinilai oleh sebagian pihak sebagai simbol perlawanan KPK terhadap Polri.

Promosi Jadi Merek Bank Paling Berharga di RI, Nilai Brand BRI Capai US$5,3 Miliar

Dikenal sebagai sosok yang pendiam dengan prestasi biasa-biasa saja saat duduk di bangku SMAN 2 Semarang, Kompol Novel Baswedan dikenal sebagai penyidik yang disegani. Lewat aksinya dia berhasil mengungkap aktor-aktor besar dalam kasus korupsi.

Sebagaimana ditulis metrotvnews.com, Novel merupakan satu di antara penyidik terbaik yang dimiliki komisi antirasuah itu, dalam mengungkap sejumlah kasus penting.

Ekspedisi Mudik 2024

Saat ini, Novel adalah kepala satuan tugas penyidik kasus simulator surat izin mengemudi (SMI) di Korlantas Polri. Kasus itu, menjadikan Inspektur Jenderal Polisi Djoko Susilo sebagai tersangka.

Novel kemudian berusahaa ditahan penyidik Polda Bengkulu, beberapa jam pasca Djoko diperiksa KPK. Sepupu cendikiawan Anies Baswedan itu disebut ikut serta dalam penggeledahan di Kantor Korlantas Polri, saat mencari bukti tambahan terkait kasus simulator SIM senilai Rp198 miliar.

Jejak lulusan Akademi Polisi 1996 itu mulai dikenal ketika berhasil menjerat mantan Bendahara Umum Partai Demokrat, Muhammad Nazaruddin.Novel pun tercatat pernah bersaksi di pengadilan Nazar.

Lelaki kelahiran Semarang itu juga dikenal sebagai penyidik tenang nan bertangan dingin. Hal itu nampak kala ia menghadapi amarah anggota dewan, saat menemui Nazarudin di Rutan Mako Brimob.

Hal serupa juga terlihat saat Novel dan tim menggeledah ruang kerja anggota Zulkarnaen Djabar. Novel pun tak segan turun ke lapangan. Itu terjadi kala ia  menciduk Bupati Amran Batalipu di Buol.

Namun, Mabes Polri kini hendak menjerat Novel lewat kasus lama, saat Novel menjabat  Kasatreskrim Polres Bengkulu pada 2004 lalu. Kasus tersebut disebut Pimpinan KPK sebagai proses kriminalisasi.

Sebagaimana diberitakan Solopos.com, prestasi akademis Kompol Novel Baswedan semasa menempuh studi di SMAN 2 Semarang, tergolong biasa-biasa saja. Seperti diungkapkan oleh sejumlah guru di sekolah itu.

Kepala SMA Negeri 2 Semarang, Hari Waluyo, Senin (8/10/2012), membenarkan Novel alumnus sekolah itu. Novel tercatat masuk pada 1992 dan lulus 1995.

Berdasarkan catatan akademis SMAN 2 Semarang, Novel, anak kedua dari tiga bersaudara, lulusan SMPN 4 Semarang sebelum melanjutkan ke SMAN 2 Semarang.

Pada buku induk siswa, hanya tercantum nama “Novel”, putra dari pasangan Salim dan Fatimah yang beralamat di Jl Raden Patah, Kampung Sumur Umbul No 84, Semarang. Dia diterima masuk SMA Negeri 2 Semarang pada 18 Juli 1992.

Nilai Evaluasi Belajar Tahap Akhir Nasional (Ebtanas) sekolah Novel juga menunjukkan variasi 6-8, seperti nilai 8 untuk pelajaran Pendidikan Agama, Pendidikan Moral Pancasila (PMP), Sejarah, Geografi, Matematika dan Fisika.

Sementara dari nilai Ebtanas murni, nilai tertinggi tercatat hanya pelajaran Fisika yakni 8,20. Nilai untuk pelajaran lainnya bervariasi, seperti PMP, Bahasa Indonesia, Matematika, Biologi dan Kimia.

Seraya membuka-buka buku arsip siswa, Hari yang baru beberapa hari menjabat Kepala SMA Negeri 2 Semarang mempersilakan menanyai guru-guru yang lebih tahu, karena pernah mengajar Novel saat menempuh studi.

Nur Badriyah, guru Agama Islam SMA Negeri 2 Semarang yang mengaku pernah mengajar Novel, menilai yang bersangkutan termasuk pribadi pendiam, kalem, serta tidak pernah bermasalah dengan pihak sekolah.

”Seingat saya, dia [Novel] termasuk siswa yang pendiam dan rajin ikut kegiatan-kegiatan sekolah, meski tidak masuk kepengurusan. Kalau secara akademis, kelihatannya dia pintar dalam pelajaran Fisika,” tutur Badriyah.

Sebagai contoh, kata guru yang mulai mengajar di SMA Negeri 2 Semarang pada 1990 itu, Novel aktif mengikuti kegiatan kerohanian Islam (Rohis), seperti pengajian dan salat berjamaah, meski tidak masuk menjadi pengurus Rohis.

”Saya waktu itu kebetulan jadi pembina Rohis, jadi saya ingat persis dia aktif kegiatan Rohis,” lanjut Badriyah, seraya mengatakan dirinya tetap mengedepankan prasangka baik menanggapi kasus yang tengah menimpa salah satu mantan muridnya itu.

Badriyah mengungkapkan kebanggaannya terhadap anak didiknya yang berhasil masuk Akademi Kepolisian itu, seraya menggarisbawahi terlepas dari siapa yang ternyata benar dan salah, kebenaran harus terus ditegakkan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya