SOLOPOS.COM - Bekas Dusun Betal di Nguntoronadi, Wonogiri, yang hilang terendam Waduk Gajah Mungkur. (Solopos/Cahyadi Kurniawan)

Solopos.com, WONOGIRI – Pembangunan Waduk Gajah Mungkur di Wonogiri, Jawa Tengah, menenggelamkan 51 desa di enam kecamatan bersama dengan peradaban yang ada di dalamnya. Sebanyak 67.157 jiwa terpaksa ‘digusur’ dari tempat kelahirannya demi pembangunan mangkuk raksasa dengan fungsi utama pengendali banjir di Sungai Bengawan Solo yang terpanjang di Pulau Jawa.

Pembangunan waduk itu dilakukan pada 1976-1981 dan mulai beroperasi pada 1982. Sebanyak 51 desa di enam kecamatan di Wonogiri itu ditenggelamkan untuk pembangunan Waduk Gajah Mungkur Wonogiri.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Saat musim kemarau tiba, air waduk bervolume 730 juta meter kubik itu mengering menampilkan peradaban yang hilang dan tenggelam selama puluhan tahun.

Baca juga: Menolak Lupa, 67.157 Warga Tergusur Demi Waduk Gajah Mungkur Wonogiri

Ekspedisi Mudik 2024

Dusun Betal Lawas

Salah satu pemandangan unik terjadi di wilayah Kecamatan Nguntoronadi saat air Waduk Gajah Mungkur surut. Dusun Betal Lawas yang menjadi legenda bagi masyarakat setempat muncul kembali dan menjelma seperti kota mati.

Saat air waduk menyusut, wilayah betal yang konon menjadi ibu kota Kecamatan Nguntoronadi muncul dalam wujud sumur-sumur tua dan fondasi—fondasi bangunan. Oleh warga, lokasi itu dimanfaatkan untuk berburu foto matahari tenggelam dari balik bukit.

Mereka yang datang tak sekadar warga yang ingin bernostalgia, melainkan juga muda-mudi yang penasaran menyaksikan perkampungan masa lampau.

Dulu, Betal yang ditenggelamkan akibat pembangunan Waduk Gajah Mungkur itu dikeliling empat kecamatan besar yakni Wonogiri, Wuryantoro, Baturetno, dan Tirtomoyo.

Baca juga; Dusun Betal Lawas yang Terendam Waduk Gajah Mungkur Wonogiri Muncul Kembali

Di sana, sebuah rel melintasi jembatan banon mengirimkan hasil bumi dari Baturetno ke Wonogiri melalui Stasiun Nguntoronadi atau Stasiun Betal. Dari Betal ke Wonogiri hanya ditempuh 8 kilometer.

Selain kota perdagangan, Betal merupakan kota pendidikan. Banyak orang-orang dari Baturetno, Wuryantoro, Tirtomoyo, bersekolah di Betal. Di Betal juga ada pasar, kantor polsek, lapangan, dan sekolah-sekolah.

Semua itu sirna saat masyarakat Betal harus mengikuti bedol desa pada 1980-an demi pembangunan Waduk Gajah Mungkur. Mereka transmigrasi ke Rimbo Bujang, Jambi, hingga ke Dharmasraya, Sumatra Barat. Tetapi sampai saat ini hubungan mereka dengan Nguntoronadi masih rekat.

Baca juga: Top 3 SMAN Terbaik di Wonogiri

Panggung Musik

Setiap tahun, di tanah datar Betal Lawas, sebuah panggung musik dangdut gratis digelar. Penontonnya adalah para warga Betal yang pulang kampung dan warga sekitar. Pertunjukan itu menjadi ajang kumpul sekaligus napak tilas tanah tumpah darah yang kini tenggelam.

Untuk menempuh Betal Lawas, diperlukan perjalanan selama lima belas menit bersepeda motor dari jalan raya Wonogiri-Pacitan, Desa Bumiharjo, Nguntoronadi. Perjalanan itu melewati rabat beton jalan kampung sejumlah desa dan berubah menjadi bebatuan begitu memasuki kawasan genangan Waduk Gajah Mungkur yang mengering. Batu itu merupakan sisa material jalan dan rel kereta api di masa lalu.

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya