SOLOPOS.COM - Seorang warga berdoa di depan Istana Kerajaan di Phnom Penh, Kamboja, tempat jenazah mantan Raja Norodom Sihanouk disemayamkan sejak meninggal dunia Oktober silam. Jenazah Sihanouk selanjutnya dikremasi hari ini. (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

Seorang warga berdoa di depan Istana Kerajaan di Phnom Penh, Kamboja, tempat jenazah mantan Raja Norodom Sihanouk disemayamkan sejak meninggal dunia Oktober silam. Jenazah Sihanouk selanjutnya dikremasi hari ini. (JIBI/SOLOPOS/Reuters)

PHNOM PENH – Puluhan ribu warga Kamboja, Senin (4/2/2013), memberikan penghormatan terakhir bagi mendiang mantan Raja Norodom Sihanouk. Sejak dini hari rakyat berbondong-bondong mendatangi istana kerajaan, tempat jenazah Sihanouk, 89, yang meninggal dunia 15 Oktober silam disemayamkan dan selanjutnya dikremasi malam ini.

Promosi Usaha Endog Lewo Garut Sukses Dongkrak Produksi Berkat BRI KlasterkuHidupku

“Ini adalah saat paling menyedihkan,” kata Pal Ho, 58, warga desa asal Provinsi Pursat di barat Kamboja yang datang seraya membawa enam foto Sihanouk. “Saat raja mangkat, rakyat pasti amat sedih. Meski kami tinggal sangat jauh kami tetap datang untuk memberikan penghormatan terakhir,” tuturnya.

Sihanouk mengantarkan negerinya mencapai kemerdekaan dari Prancis, namun gagal mengendalikan negerinya terjerumus ke dalam Perang Vietnam dan selanjutnya era pertumpahan darah dan pembantaian oleh rezim Khmer Merah. Meski begitu Sihanouk umumnya sangat dihormati oleh warga Kamboja.

Sihanouk naik tahta di tahun 1941 sebagai kaisar boneka penjajah Prancis. Namun era dekolonisasi pasca Perang Dunia II bisa dimanfaatkannya untuk membawa Kamboja merdeka penuh pada 1953. Dia kemudian memakzulkan diri pada 1955 untuk mencari posisi politik yang lebih kuat, dan lantas dikenal sebagai politikus licin yang bekerja dengan semua pihak demi keuntungan politik. Sihanouk memilih mendukung komunis saat Perang Vietnam pecah. Setelah digulingkan oleh kudeta dukungan AS pada 1970, Sihanouk kemudian bekerja sama dengan kelompok komunis Khmer Merah pimpinan Pol Pot, namun menjadi tahanan di istananya sendiri dan tak berdaya mencegah kekejaman rezim Pol Pot yang membantai jutaan rakyat dalam rangka pembangunan revolusioner yang kontroversial.

Belakangan dia membentuk faksi perlawanan dalam aliansi tiga partai termasuk Khmer Merah untuk melawan pendudukan Vietnam dan melawan pemerintah Kamboja yang didukung Vietnam. Setelah akhirnya terwujud perdamaian yang disponsori PBB dan diperjuangkan oleh Indonesia, pada 1993 Sihanouk akhirnya kembali naik tahta. Namun dia sadar bahwa posisi dan pengaruhnya sudah tak seperti dulu lagi, dan akhirnya setelah 11 tahun bertahta dia kembali memakzulkan diri dan menghabiskan waktunya tinggal di China. Putranya, Norodom Sihamoni, naik tahta menggantikannya dan hanya menjalankan peran seremonial.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya