SOLOPOS.COM - Banjir lahar hujan di Kali Gendol pada musim hujan. (JIBI/HARIAN JOGJA/dok)

Harianjogja.com, SLEMAN–Pemerintah Daerah Kabupaten Sleman masih mengumpulkan data tentang penghentian proses normalisasi di Sungai Gendol. Pasalnya, palung Sungai Gendol sudah mulai terbentuk menyerupai kondisi sebelum erupsi Merapi 2010.

Pejabat Pengendalian Lahar Gunung Merapi Balai Besar Wilayah Sungai Serayu-Opak (BBWS-SO), Dwi Purwantoro mengatakan seharusnya normalisasi sudah cukup. Terlebih saat ini lebaran sungai sudah mencapai 70 meter hingga 100 meter.

Promosi Komeng Tak Perlu Koming, 5,3 Juta Suara sudah di Tangan

“Bisa dikatakan normalisasi sudah melewati batas. Sebab dulu sebelum erupsi 2010, sungai Gendol hanya selebar 30 meter hingga 50 meter. Namun kini lebarnya mencapai 70 meter hingga 100 meter,” jelas Dwi di kantor Humas Setda Sleman, Rabu (11/12/2013).

Pelebaran yang cukup signifikan ini bukan tanpa imbas. Pasalnya, titik-titik normalisasi yang dibuat dilanggar para pengambil pasir di Sungai Gendol. Bahkan kini tanggul-tanggul sungai berhulu Gunung Merapi itu ikut terkeruk.

“Tanggul-tanggul yang kami bangun dulu juga hilang, terlebih di daerah Padukuhan Manggong, Bronggang hingga Plumbon. Padahal tanggul ini sebagai penahan air dan lahar hujan agar tidak masuk ke pemukiman warga,” jelas Dwi.

Dwi mengaku dengan hilangnya tanggul ini ada kerugian bagi warga setempat. Sebab mereka tidak lagi memiliki petunjuk yang pasti khususnya saat lahar air hujan mulai naik.

“Tanggul yang kami bangun bukan untuk mencegah bahaya lahar hujan yang datang. Namun untuk memberikan peringatan pada warga. Jika tanggul ini jebol maka pengingat warga akan kondisi sungai sudah tidak ada lagi,” jelas Dwi.

Untuk antisipasi, Dwi mengaku sudah menyiapkan beberapa alat berat untuk mencegah adanya banjir. Alat-alat itu antara lain ekskavator, buldoser, damtruck hingga kawat bronjong 4.500 meter persegi.

Kepala Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Sleman, Julisetiono Dwi Wasito mengatakan jika Pemkab Sleman telah melakukan pemetaan titik rawan banjir lahar hujan ini. Salah satunya persiapan dilakukan di Desa Sindumartani.

“Di sana kami telah memberikan mitigasi bencana karena memang rawan akan bencana banjir lahar hujan. Dari 11 padukuhan, delapan di antaranya rentan terkena banjir,” jelas Julisetiono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya