Banyak orang pelupa, tapi yang namanya Jon Koplo ini jan sudah kebangeten tenan. Usai Lebaran lalu, guru SMA swasta di Solo ini menghadiri undangan perkawinan teman sekerja di sebuah gedung pertemuan di daerah Tipes.
Karena berniat datang sendiri, maka Koplo menawarkan boncengan pada rekan kantornya. “Siapa mau bareng njagong?” tawarnya.
Promosi Piala Dunia 2026 dan Memori Indah Hindia Belanda
Bagai pucuk ulam tiba. Berhubung tidak ada motor, Tom Gembus yang bertugas di bagian perpustakaan langsung menyahut, “Mbek aku wae Pak. Malahane ana barengan, daripada ngonthel sepeda.”
Saat hari H, dua sohib ini pun berboncengan menghadiri pernikahan. Setelah memarkir motor, Koplo dan Gembus masuk. Namun kedua sohib ini tidak duduk bersebelahan karena Koplo nggabung di tempat guru-guru, semantara Gembus memilih duduk bersama staf tata usaha.
Acara resepsi berjalan sesuai dengan standar operasional prosedur yaitu USDEK (unjukan, sop, dhahar, es dan kondur). Ndilalah kelompok Koplo mendapat jatah es lebih dulu. Maka tanpa disuruh, sehabis minum es, Koplo Cs pun beranjak pulang karena tadi sudah foto bersama dan salaman dengan manten.
Sampai diparkiran, Koplo sempat kaget karena ada helm cemanthol di motornya. “Heleme sapa iki kok neng kene? Wis tak temangsangke wit iki wae ben ketok mela-mela nek digoleki sing duwe,” batinnya. Setelah membayar parkir, Koplo langsung nggeblas pulang.
Saat sedang ucul-ucul, tiba-tiba HP-nya berdering. Ternyata dari Tom Gembus “Pak, njenengan di mana? Motornya enggak ada tapi helmku kok cementhel di pohon?”
Mak gragap. Seketika itu juga Koplo baru ingat kalau tadi mboncengke Tom Gembus. Buru-buru ia ganti baju dan bablas nyusul Gembus.
Sampai di gedung pertemuan, Koplo sudah disambut Gembus yang sudah tahu sifat Koplo, dengan tawa dan gelengan kepala. “Oalah Pak… Pak. Lupa kok diopeni,” ledeknya.
FX Triyas Hadi prihantoro, SMA Pangudi Luhur Santo Yosef Surakarta