SOLOPOS.COM - Nina Gusmita (Antara)

Solopos.com, JAKARTA — Nina Gusmita, atlet balap kursi roda dari Sumatra Utara, menggondol seluruh medali emas sekaligus pada tiga kelas yang diikutinya di Pekan Paralimpik Nasional (Peparnas) XVI Papua. Nina juga berhasil memecahkan rekornas di tiga nomor tersebut, yakni 100, 200, dan 400 meter T54 putri.

Pada nomor 100 meter T54 putri, Nina mencatatkan waktu tercepat, yakni 18,52 detik, menyalip rekornas Dina Rulina pada Peparnas 2016 di Jawa Barat dengan waktu 21,92 detik. Sedangkan di nomor 200 meter T54 putri, Nina mencatatkan waktu 33,44 detik, mengalahkan rekornas yang dicetak Mulyani dari Kalimantan Selatan pada 36,69 detik pada Peparnas 2016.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Demikian pula pada nomor 400 meter T54 putri, dara kelahiran Medan, 8 Agustus 1998 iti juga mencatat rekornas dengan waktu terbaik, yakni 1 menit 07,49 detik. Nina mengaku memang menargetkan medali emas untuk tiga nomor yang diikutinya, tetapi tidak menyangka ternyata bisa sekaligus memecahkan rekornas.

Baca juga: Top! Jawa Tengah Sudah Kumpulkan 61 Medali di Peparnas Papua 2021

Ekspedisi Mudik 2024

“Target emas iya, tapi enggak target pecah rekor sebenarnya. Alhamdulillah ternyata bisa memecahkan rekor,” kata dia, Jumat (12/11/2021). Dalam Peparnas yang kali pertama diikutinya, Nina mengaku tidak muluk-muluk, melainkan hanya berupaya tampil sebaik mungkin.

Nina mengaku sudah sedari kecil menyukai olahraga, khususnya voli. Kebetulan, ibundanya adalah atlet voli daerah yang menurunkan darah olahragawan kepadanya. Nina menceritakan kecelakaan dialaminya pada 2016 ketika pulang dari latihan voli.

“Itu waktu usia saya 18 tahun. Padahal, pas mau (mendekati) ujian nasional (UN),” ujar putri pasangan Rusmianto dan Kasmiati Ari tersebut. Namun, kecelakaan itu tak sampai membuat Nina terpuruk karena peran orang tuanya yang tak kenal lelah dalam memberikan dukungan untuk putri tercinta.

Baca juga: Keren! Mahasiswa UTP Solo Sumbang Emas di Peparnas Papua 2021

Ibundanya memahami cita-cita Nina di bidang olahraga sehingga terus memberikan semangat untuk terus berprestasi meski sudah dalam kondisi fisik yang berbeda. Waktu itu, Ketua National Paralympic Committee (NPC) Sumatera Utara sampai mendatangi Nina sewaktu masih dirawat di rumah sakit (RS) pascakecelakaan untuk diajak bergabung.

Kebetulan, ibunda Nina memiliki kawan bermain voli yang bekerja di NPC Sumut yang turut memberikan dukungan dan menyemangatinya. “Jadinya diajakin. Enggak apa apa. Walau keadaannya udah berbeda, masih tetap bisa berprestasi, katanya gitu. Jadi, ini yang bikin semangat, kalau aku harus wujudin mimpi aku, gitu,” ungkapnya.

Pindah ke Cabang Voli Duduk

Dengan tekadnya yang kuat, Nina terus memfokuskan diri untuk kesembuhannya agar bisa segera mengejar mimpinya, yakni mencetak prestasi di olahraga. Alhasil, setelah tujuh bulan menjalani pemulihan, Nina langsung memutuskan untuk berlatih kembali.

Pertama bergabung dengan NPC pada 2016, Nina terjun di nomor lempar cakram cabang olahraga atletik, tapi kemudian pindah ke cabang voli duduk. Pada 2017, tim voli duduk disiapkan untuk ASEAN Para Games di Malaysia di tahun yang sama, namun cabang olahraga itu tidak jadi dipertandingkan karena kekurangan negara peserta.

Setahun kemudian, Nina bersama tim voli berlaga di Asian Para Games 2018 di Jakarta-Palembang, tetapi harus menelan kekalahan. Pada 2019, Nina pun sudah bersiap menghadapi ASEAN Para Games 2020 di Filipina. Lagi-lagi, voli duduk batal dipertandingkan karena kekurangan negara peserta.

Baca juga: Ciamik! Area Run Off Sirkuit Mandalika Dicat Motif Batik

Setelah melihat peluang voli duduk sering tak dimainkan akibat kurang peserta, Nina akhirnya memantapkan diri kembali ke atletik dengan spesialisasi balap kursi roda dan masuk pelatihan nasional (pelatnas).

Awalnya, Nina mengaku sempat menemui kesulitan di balap kursi roda sehingga membutuhkan waktu untuk penyesuaian. Lambat laun, Nina menemukan titik temu di antara kedua olahraga itu, yakni sama-sama mengandalkan kekuatan tangan.

“Awalnya kesulitan. Tapi kalau voli duduk kan juga pakai tangan dan ini pun (balap kursi roda) olahraga pakai tangan. Jadi tetep mudah, tapi ya adaptasi juga,” ungkapnya. Kini, mahasiswi Sekolah Tinggi Olahraga dan Kesehatan Bina Guna (STOK Bina Guna) Medan itu sudah merasa nyaman dan mantap untuk menekuni balap kursi roda.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya