SOLOPOS.COM - ilustrasi (JIBI/dok)

Nilai tukar rupiah terhadap dolar terus melemah.

Kanalsemarangcom, SEMARANG-Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) Jawa Tengah menilai penguatan dolar Amerika Serikat (AS) terhadap mata uang rupiah tidak selalu menguntungkan eksportir.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Terutama untuk eksportir dengan negara tujuan yang saat ini juga sedang mengalami pelemahan ekonomi akibat menguatnya dolar AS, pasti tidak menguntungkan,” kata Ketua Apindo Jateng Frans Kongi di Semarang, Selasa (9/6/2015).

Dia mengatakan salah satu negara yang saat ini sedang mengalami pelemahan ekonomi dan berdampak pada menurunnya permintaan barang dari Indonesia adalah Tiongkok.

Selama ini, katanya, Tiongkok menjadi salah satu negara dengan permintaan terbesar terhadap barang dari Indonesia.

Salah satu komoditas dengan permintaan tinggi dari negara tersebut, yaitu garmen. Bahkan, pihaknya tidak menampik saat ini ada beberapa perusahaan garmen di Jateng yang menutup perusahaan karena kesulitan beroperasi.

“Biaya operasional dengan keuntungan tidak lagi seimbang, sehingga pengusaha memilih untuk sementara menutup perusahaannya,” katanya.

Frans mengatakan kondisi tersebut pernah terjadi pada saat krisis ekonomi 1997/1998. Pada saat itu, banyak perusahaan yang tidak kuat menanggung beban operasional sehingga untuk sementara menutup perusahaannya.

“Sebagian dari perusahaan yang pernah tutup ini sekarang sudah beroperasi kembali, namun untuk bisa kembali beroperasi membutuhkan waktu yang tidak singkat,” katanya.

Frans mengatakan penutupan perusahaan akibat kesulitan beroperasi tidak hanya terjadi pada perusahaan garmen, akan tetapi juga perusahaan baja.

Pada kesempatan sebelumnya, Wakil Ketua Apindo Jawa Tengah Deddy Mulyadi Ali menyatakan depresiasi mata uang rupiah terhadap dolar AS berdampak pada operasional industri garmen di provinsi tersebut.

“Dampaknya sangat terasa pada pabrik-pabrik baru, terutama pabrik garmen yang baru berusia dua tahun, banyak yang tutup akibat tidak kuat menghadapi gejolak ekonomi,” katanya.

Perusahaan berkembang berupaya bertahan dengan berpindah lokasi industri ke daerah dengan upah minimum kabupaten/kota (UMK) yang lebih rendah.

“Beberapa di antaranya memilih daerah pinggiran salah satunya Jepara. Upaya tersebut dilakukan agar mereka tetap dapat membayar karyawan namun dengan biaya yang lebih rendah,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya