SOLOPOS.COM - Ilustrasi sawah di desa. (Solopos/dok)

Solopos.com, JAKARTA — Kepala Badan Pusat Statistik (BPS) Margo Yuwono melansir bahwa Nilai Tukar Petani (NTP) naik 1,08 persen pada Desember 2021 jika dibandingkan November 2021.

“Berdasarkan hasil pemantauan harga-harga perdesaan di 34 provinsi di Indonesia pada Desember 2021, NTP secara nasional naik 1,08 persen dibandingkan NTP November 2021, yaitu dari 107,18 menjadi 108,34,” kata Margo saat menggelar konferensi pers secara virtual, Senin (3/1/2022) seperti dilansir Antaranews.

Promosi Telkom Apresiasi Wahyu, Warrior Telkom Akses yang Viral karena Bantu Petani

Margo mengatakan, kenaikan NTP pada Desember 2021 disebabkan oleh kenaikan indeks harga hasil produksi pertanian yang lebih tinggi dibandingkan kenaikan indeks harga barang dan jasa yang dikonsumsi oleh rumah tangga maupun biaya produksi dan penambahan barang modal.

Sementara itu, kenaikan NTP Desember 2021 dipengaruhi oleh naiknya NTP di seluruh subsektor pertanian, yaitu Subsektor Tanaman Pangan sebesar 0,40 persen, Subsektor Tanaman Hortikultura sebesar 6,38 persen, Subsektor Tanaman Perkebunan Rakyat sebesar 0,91 persen, Subsektor Peternakan sebesar 0,20 persen, dan Subsektor Perikanan sebesar 0,76 persen.

Baca Juga: Cabai Rawit Picu Inflasi Pada Desember 2021 di Jogja

Sedangkan, Desember 2021, secara nasional indeks harga yang diterima petani naik sebesar 1,72 persen dibanding November 2021, yaitu menjadi 118,23 dari 116,23. Menurut Margo, indeks harga yang diterima petani mengalami peningkatan karena adanya peningkatan harga di beberapa komoditas, di antaranya cabai rawit, kelapa sawit, dan jagung.

Sementara indeks harga yang dibayar petani juga naik sebesar 0,63 persen bila dibanding November 2021, yaitu menjadi 109,12 dari 108,44. Hal itu, lanjut Margo, karena adanya kenaikan harga cabai rawit, minyak goreng, telur ayam ras dan beras.

“Itu beberapa komoditas penting yang menyumbang naiknya indeks harga yang diterima petani maupun indeks harga yang dibayar petani pada Desember 2021,” ujar Margo.

Di sisi lain, BPS juga mencatat inflasi pada Desember 2021 sebesar 0,57 persen atau ada kenaikan pada Indeks Harga Konsumen (IHK) dari 107,5 pada November menjadi 107,66 sehingga inflasi sepanjang 2021 mencapai 1,87 persen.

“Desember ini terjadi inflasi 0,57 persen, sedangkan inflasi tahun kalender, karena ini Desember, maka sama dengan inflasi dari tahun ke tahun, di mana tercatat 1,87 persen,” kata Kepala BPS Margo Yuwono dalam konferensi pers di Jakarta, Senin. Tingkat inflasi secara tahunan ini jauh lebih rendah dari target pemerintah sebesar 3 persen plus minus 1 persen.

Baca Juga: Jumlah Pertashop di Jateng-DIY Meningkat Hampir 9 Kali Lipat

Realisasi inflasi tahunan tersebut lebih tinggi dibandingkan capaian tahun lalu yang sebesar 1,68 persen. Sementara itu, inflasi pada Desember yang sebesar 0,57 persen terjadi akibat ada perkembangan harga dari berbagai komoditas yang secara umum menunjukkan kenaikan.

Dari 90 kota IHK, sebanyak 88 kota menyumbang inflasi dan sebanyak dua kota yang mengalami deflasi pada Desember 2021. Untuk 88 kota yang mengalami inflasi, inflasi tertinggi terjadi di Jayapura yaitu sebesar 1,91 persen sedangkan inflasi terendah terjadi di Pekanbaru yaitu sebesar 0,07 persen.

Inflasi di Jayapura terjadi karena ada faktor penyumbang berupa angkutan udara dengan adil sebesar 0,94 persen, ikan ekor kuning 0,29 persen dan ikan tongkol atau ikan ambu-ambu 0,14 persen.

Sementara itu dari dua kota yang mengalami deflasi, deflasi tertinggi terjadi di Dumai sebesar minus 0,13 persen sedangkan deflasi terendah terjadi di Bukittinggi yakni minus 0,04 persen. Deflasi di Dumai karena andil dari cabai merah sebesar 0,33 persen, ikan serai 0,06 persen dan tomat 0,02 persen.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya