SOLOPOS.COM - Foto Ilustrasi Dolar Amerika Serikat JIBI/Harian Jogja/Reuters

Foto Ilustrasi Dolar Amerika Serikat
JIBI/Harian Jogja/Reuters

Washington-Amerika Serikat (AS) pada Jumat (12/4) mengatakan mata uang China masih “secara signifikan di bawah nilainya” dan memperingatkan Jepang serta Korea Selatan terhadap pelemahan mata uang AS untuk mendapatkan keuntungan perdagangan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dalam sebuah laporan enam bulanan kepada Kongres tentang kebijakan nilai tukar, Kementerian Keuangan AS membidik mitra perdagangan besar negara itu di Asia menjelang serangkaian pertemuan internasional tingkat tinggi di Washington pada pekan depan.

Mengambil tujuan mengejutkan pada Tokyo, Departemen Keuangan mengangkat pertanyaan tentang upaya Jepang mengembalikan keadaan ekonominya, sebuah langkah yang telah mengirimkan yen turun tajam ke tingkat terendah sejak Mei 2009.

Ekspedisi Mudik 2024

Mata uang Jepang telah bergerak dari 77 yen terhadap dolar menjadi hampir 100 yen per dolar sejak Oktober tahun lalu.

Departemen Keuangan mengatakan bahwa stimulus makroekonomi Jepang akan menjadi pendukung dalam jangka pendek “tetapi tidak bisa menjadi pengganti reformasi struktural yang meningkatkan produktivitas dan tren pertumbuhan.”

Washington akan mendesak Tokyo untuk “tetap berorientasi memenuhi tujuan dalam negeri masing-masing menggunakan instrumen domestik serta menahan diri dari “competitive devaluation” (devaluasi bersaing) dan menargetkan nilai tukarnya untuk tujuan kompetitif.”

Adapun untuk China, sekali lagi, dalam menghadapi kritik Kongres atas keuntungan perdagangan bilateral yang sangat besar oleh China, Departemen Keuangan menolak untuk secara resmi mencap Beijing sebagai manipulator mata uang, sebuah langkah yang dapat memicu sanksi perdagangan AS.

Tetapi, Departemen Keuangan mengatakan yuan China masih “underpriced” (di bawah harganya).

“China telah mengambil serangkaian langkah-langkah liberalisasi pengendalian pergerakan modal, sebagai bagian dari rencana yang lebih luas untuk beralih ke rezim nilai tukar yang lebih fleksibel,” kata Departemen Keuangan AS.

Pada awal April 2013, Departemen Keuangan mengatakan yuan atau renminbi (RMB), telah menguat 10,0 persen terhadap dolar AS sejak Juni 2010, ketika China memindahkan patokan nilai tukarnya.

Ketika inflasi diperhitungkan, yuan telah menguat 16,2 persen dari Juni 2010 hingga Februari 2013, kata departemen itu.

Untuk itu, Departemen Keuangan mengatakan telah menyimpulkan bahwa standar untuk menentukan nilai tukar dimanipulasi guna memperoleh keuntungan kompetitif yang tidak adil dalam perdagangan internasional “belum terpenuhi berkenaan dengan China.” Departemen Keuangan juga menyerang Seoul untuk intervensinya di pasar mata uang.

Korea Selatan telah melakukannya (intervensi) dengan tujuan yang nyata memperlancar volatilitas won, katanya.

“Kami akan terus menekan pemerintah Korea untuk membatasi intervensi valuta asing untuk keadaan luar biasa dari kondisi pasar yang tidak teratur dan berkomitmen untuk transparansi pasar valuta asing yang lebih besar termasuk melalui publikasi data intervensi.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya