SOLOPOS.COM - Mbah Simah mempertahankan nasi pecel dengan alas daun jati di warungnya yang ada di Desa Kedungrejo, Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun, Rabu (24/2/2021). (Abdul Jalil/Madiunpos.com)

Solopos.com, MADIUN -- Pecel menjadi salah satu kuliner khas di Madiun. Di mana pun tempatnya, Anda mudah menemukan warung yang menjajakan pecel.

Pecel sendiri merupakan makanan berupa aneka sayuran yang dikombinasikan dengan sambal kacang. Ada beragam jenis penyajian pecel di Madiun. Pecel yang disajikan dengan menggunakan pincuk, piring, maupun daun jati.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Salah satu penyajian yang jarang ditemui yaitu penyajian dengan daun jati. Tetapi, Anda masih bisa menikmati nasi pecel daun jati di warung makan yang beralamat di Desa Kedungrejo, Kecamatan Pilangkenceng, Kabupaten Madiun.

Baca Juga: BMKG Semarang: Cuaca Ekstrem Landa Sebagian Besar Jateng

Warung makan tersebut milik Simah, 65. Warung yang diberi nama Warung Mbah Simah ini berada di tengah perkampungan Desa Kedungrejo yang dikelilingi areal persawahan. Meski berada di dalam perkampungan, warung ini tidak pernah sepi pembeli.

Saat berbincang dengan Madiunpos.com, Rabu (24/2/2021), Simah bercerita sudah berjualan nasi pecel daun jati sejak tahun 1980-an. Sejak dahulu, ia memang menggunakan daun jati sebagai alas untuk makan. Ini yang membedakan dari warung nasi pecel lainnya.

“Kalau untuk bahan pecel ya seperti pecel pada umumnya. Ada daun ketela, kenikir, daun pepaya, dan bunga turi. Tetapi yang berbeda di sini, bahannya ditambahi ada luntas [beluntas] dan rebung,” jelas dia.

Menu Lain

Selain alas makan yang khas, ada menu-menu lain yang menjadi ciri khas warung ini. Dirinya menyediakan aneka macam sambal. Seperti sambal deplok lumpang, sambal tomat teri, dan sambal bawang. Yang paling beda, sambal ini disajikan secara dadakan saat pembeli memesannya.

“Biasanya pecel kan cuma sambal kacang, tetapi di sini tidak. Ada sambal tomat teri dan sambal bawang. Saya hanya menyajikan secara dadakan. Kalau ada yang pesan, baru saya bikinkan,” ujarnya.

Sedangkan untuk lauknya juga disesuaikan dengan permintaan pembeli. Dia tidak menyediakan lauk yang siap makan. Tetapi, lauk baru akan digoreng ketika ada yang pesan. Lauk yang tersedia antara lain telur dadar, ayam panggang, ikan asin, tempe, dan tahu goreng.

Simah mengaku masih mempertahankan penggunaan daun jati karena itu sebagai ciri khas warungnya. Selain itu, menyantap nasi pecel dengan alas daun jati memiliki cita rasa tersendiri.

Baca Juga: Tak Lagi Jadi Bupati Sukoharjo, Ini Yang Dilakukan Wardoyo Agar Tetap Sibuk

Meskipun, kata Simah, mencari daun jati untuk saat ini cukup susah dan harganya terbilang mahal dibandingkan daun pisang. Biasanya, ia membeli daun jati Rp100.000 untuk kebutuhan tiga hari berjualan. Itu pun membelinya harus ke Kecamatan Saradan.

“Biasanya beli Rp100.000, tidak tahu dapat berapa lembar daun jati. Tapi, biasanya untuk kebutuhan tiga hari. Beli di sini tidak ada, belinya ke Saradan,” jelas dia.

Untuk harga nasi pecel daun jati hanya Rp5.000 per porsi. Sedangkan jika ditambah lauk telur goreng Rp7.000 per porsi. Harga tersebut sudah bisa memilih sambal dan nambah sambal sepuasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya