Jelajah
Kamis, 9 Februari 2012 - 10:55 WIB

Nikmatnya Mangut Ikan Progo ala Bu Sri Wanto...

Redaksi Solopos.com  /  Harian Jogja  | SOLOPOS.com

SOLOPOS.COM - SANTAP HIDANGAN—Rombongan pegawai Pemkab Kulonprogo menikmati masakan ikan Kali Progo di warung Sri Wanto, Dusun Ngrajun, Banjarharjo, Kalibawang, Kulonprogo, Rabu (8/2) (HARIAN JOGJA/NINA ATMASARI)

SANTAP HIDANGAN—Rombongan pegawai Pemkab Kulonprogo menikmati masakan ikan Kali Progo di warung Sri Wanto, Dusun Ngrajun, Banjarharjo, Kalibawang, Kulonprogo, Rabu (8/2) (HARIAN JOGJA/NINA ATMASARI)

Sekilas, tidak ada yang istimewa dari warung makan milik Bu Sri Wanto ini. Warung makan di tepi jalan raya Muntilan-Nanggulan, tepatnya di Dusun Ngrajun, Desa Banjarharjo,  Kalibawang ini bahkan tidak ada papan namanya. Letaknya yang berada di sebelah Puskesmas Kalibawang pun tidak menonjol.

Advertisement

Namun siapa sangka, sebuah masakan istimewa bakal memanjakan lidah dan membuat perut menjadi kenyang. Ikan ini bukan ikan biasa yang banyak dijual di warung makan, melainkan ikan air tawar yang hanya ada di Kali Progo.
Sri Wanto menyebutkan, jenis ikan yang dijualnya meliputi ikan bader, palung, melem dan wader. Hanya ada dua masakan dari ikan itu, yakni ikan goreng dan mangut pedas. “Ikannya hanya ada di Kali Progo, di sungai lain tidak ada, dipelihara juga susah,” ungkap Sri Wanto, Rabu (8/2).

Ikan ini memiliki keunikan rasa yang berbeda dengan ikan air tawar lainnya seperti nila, mujaher, tawes maupun lele. Keunikan berupa rasa yang lebih gurih. Gurihnya ikan ini kemungkinan akibat tempat hidup ikan yang belum tercemar limbah rumah tangga maupun limbah pupuk sawah. Ikan ini hidup liar di sungai sehingga tidak mendapat pakan kimia, tetapi makan biota air seperti rumput dan binatang kecil lain.

Sri Wanto menjelaskan ikan-ikan liar ini didapatkannya dari para pemburu ikan di Kali Progo wilayah Borobudur Magelang. Ia telah menjalin kerja sama dengan sejumlah pemburu untuk memasok ikan ke warungnya. Para pemburu itu menangkap ikan dengan jala.

Advertisement

Ikan-ikan ini memiliki keunikan bentuk masing-masing. Ikan Bader berbentuk badan lebar cenderung tipis, ikan palung berbentuk lebih kecil, bulat dan panjang. Ikan melem hampir serupa dengan bader, tetapi berwarna hitam, sedangkan ikan wader ukurannya paling kecil, sebesar dua jari orang dewasa.

Dalam sehari, Sri Wanto mendapatkan rata-rata 30 kilogram ikan dari para pemburu. Jumlah itu jauh berkurang dari saat sebelum banjir lahar dingin di Kali Progo yang menyebabkan pendangkalan sungai. “Dulu, dalam sehari saya bisa dipasok lebih dari satu kuintal,” ungkapnya.

Dibantu anaknya, Siswanti, mereka memasak ikan itu secara tradisional, menggunakan tungku. Kesabaran dalam proses memasak dan racikan bumbu yang pas menghasilkan aroma khas masakan desa. Daging dan duri ikan juga empuk, sehingga tidak menyulitkan saat makan.

Advertisement

Tak heran, ikan progo ini dicari orang dari berbagai wilayah. Hal ini terlihat dari pembeli yang mengantre untuk menikmati masakan ikan Bu Sri Wanto. Mereka berasal dari Wates, Magelang bahkan Jogja.

Satu porsi makan nasi, sayur dan ikan dibanderol Rp6.500 hingga Rp12.000 tergantung besar kecilnya ikan. Pembeli juga bisa membawa pulang ikan yang dipatok Rp70.000 per kilogram ikan goreng dan Rp60.000 per kilogram mangut. Satu kilogram berisi sekitar lima ekor ikan.

Sumardi, pembeli asal Wates mengaku sering datang ke warung makan Sri Wanto karena masakan ikannya istimewa. “Ikannya empuk dan masakannya enak,” ungkapnya.(WARTAWAN HARIAN JOGJA/Nina Atmasari)

Advertisement
Kata Kunci : Kuliner MANGUT IKAN
Advertisement
Berita Terkait
Advertisement

Hanya Untuk Anda

Inspiratif & Informatif