SOLOPOS.COM - Bupati Sukoharjo, H Wardoyo Wijaya (kanan) menerima cindera mata dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes Maura Linda Sitanggang usai me-Launching Nguter sebagai Kampung Jamu, Kamis (22/11/2012). (JIBI/SOLOPOS/Trianto Hery Suryono)

Ratusan pramuka berdiri berjajar menyambut para tamu yang menghadiri peresmian Nguter Kampung Jamu, Kamis (22/11/2012). (JIBI/SOLOPOS/Trianto Hery Suryono)

Puluhan umbul-umbul dan spanduk bertuliskan Nguter Kampung Jamu dipasang di berbagai sudut jalan kampung di Desa Nguter, Kecamatan Nguter, Sukoharjo, Kamis (22/11/2012). Di sudut jalan yang dijadikan tempat acara Launching Nguter Kampung Jamu, dua ibu menunggui tenda yang menjajakan minuman jamu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Keduanya melayani minuman jamu kepada setiap tamu yang ada ke tenda itu. Di sisi lain, sajian minuman pada acara itu pun berbeda dari biasanya yang disuguhi minuman teh atau air putih. Saat itu gelas plastik berisi minuman jamu beras kencur. “Masih hangat bisa menyegarkan badan,” ujar Edi, seorang tamu yang datang ke lokasi itu sembari meminum segelas minuman.

Banyaknya penjual jamu tradisional tak hanya terlihat di Dukuh Nguter RT 001/RW 005 saja namun juga di Dukuh Nguter RT 002/RW 007 yang berada di seberang jalan. Kesemarakan Launching Kampung Jamu bertambah, saat puluhan siswa berseragam pramuka berjajar di sepanjang jalan menuju Pasar Nguter.

Aroma kunir, salah satu bahan baku jamu tradisional tercium di jalan kampung di Dukuh Nguter RT 002/RW 007. rombongan Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes Maura Linda Sitanggang yang didampingi Bupati Sukoharjo, H Wardoyo Wijaya dan Muspida Sukoharjo pun terpikat.

Mereka melangkahkan kaki ke halaman rumah yang dipenuhi dengan bahan baku jamu setengah jadi alias lokasi pengeringan. Dua orang pekerja tampak menata kunir yang sudah diiris-iris, seorang lagi menghidupkan mesin dan memasukkan kunir yang masih utuh ke dalam mesin untuk diiris. Satu per satu tamu undangan mengambil dan mencium kunir tersebut.

Bupati Sukoharjo, H Wardoyo Wijaya (kanan) menerima cindera mata dari Direktur Jenderal Bina Kefarmasian dan Alat Kesehatan Kemenkes Maura Linda Sitanggang usai me-Launching Nguter sebagai Kampung Jamu, Kamis (22/11/2012). (JIBI/SOLOPOS/Trianto Hery Suryono)

Belum puas, Maura Linda pun menuju lokasi oven. Pemilik jamu tradisional Bisma Sehat, Mulyadi menerangkan cara kerja oven kepada Dirjen. “Pengeringan bahan baku tak harus menunggu sinar matahari karena sudah ada oven untuk mengeringkan,” ujar Mulyadi kepada Dirjan Maura. Di Dukuh Nguter ini, semua orang bisa melihat proses pembuatan jamu tradisonal. Lahan dengan tanaman bahan baku jamu, proses pengeringan hingga pengepakan ada di dukuh itu.

Salah seorang pemasok bahan baku jamu, Jatmiko, mengaku bahan baku seperti kunir, temulawak, kayu manis selalu dibutuhkan. “Setiap hari saya harus mengumpulkan sekitar 2,5 ton. Untuk mencukupi kebutuhan itu, saya harus mencari keluar Sukoharjo seperti ke Wonogiri, Boyolali, Karanganyar. Lahan di Sukoharjo lebih cocok ditanami padi sehingga tidak bahan yang ditanami bahan baku jamu.”

Dia menjelaskan, lahan terasering sangat cocok untuk menanam bahan baku jamu. Ketua Gabungan Pengusaha Jamu, Nyoto Wardoyo mengatakan, bahan baku jamu baru dikembangkan di Pekalongan, Jateng. Dia berharap, daerah pilot proyek ditambah karena kebutuhan bahan baku jamu masih impor. “Indonesia bisa memenuhi bahan baku jamu jika pilot proyek dikembangkan.”

Kepala Desa Nguter, Tinta Joko Margono, menyatakan produk jamu tradisional berkembang melalui home industri. Diakuinya, mayoritas penduduknya boro ke berbagai wilayah di Indonesia untuk berjualan jamu gendong. “Warga kami sejumlah 12.000 orang, 30% hingga 40% boro.”

Menurutnya, kesejahteraan warganya tertolong dari home industri jamu tradisional yang menjadi warisan leluhur sejak jaman mataram. “Sedikitnya 12 perusahaan besar jamu tradisional ada di Desa Nguter tetapi yang industri kecil mencapai lebih dari 50 orang. Predikat Kampung Jamu sangat tepat untuk Nguter karena proses awal hingga akhir bisa dilihat di Nguter. Mulai bahan baku, meracik hingga produksi semua ada di Nguter.”

Bupati Sukoharjo, H Wardoyo Wijaya berharap, Nguter menjadi lokasi wisata pendidikan sehingga keberadaan jamu tradisional tetap menjadi warisan turun termurun ke generasi bangsa. “Kami berharap kementerian kesehatan memberikan modal bagi perajin jamu agar tetap eksis.”

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya