Agar motor itu tampil gaul, Koplo bermaksud memodifkasi beberapa bagian. Dia dengan cekatan menempelkan beberapa stiker, mengganti jok dan mencopot spion. Agar lebih garang, Koplo mengganti knalpot motornya dengan knalpot bobokan. Suara knalpotnya jadi sangat keras dan memekakkan telinga.
“Hla, nek ngene kan tambah mantep, Mbus,” kata Koplo kepada Tom Gembus, tetangganya yang membantu memodifikasi. Sebenarnya bukan itu saja alasan Koplo memodifikasi knalpot motornya. Dia punya tujuan lain, yaitu ngreyen motor itu dengan ikut kampanye Pemilihan Gubernur Jawa Tengah (Pilgub Jateng). Koplo berencana mengajak Gembus menggeber motor itu saat kampanye besok, Minggu.
Sebelum kampanye, Koplo mengajak Gembus berputar-putar mencoba motornya. Awalnya mereka hanya menebar pesona di jalan kampung. Tapi, karena kurang puas, mereka pun mencoba melaju di jalan raya. Saat baru saja akan melewati sebuah lampu bangjo di dekat sebuah rumah sakit, mereka baru sadar ada polisi yang melakukan razia.
Sebelum kampanye, Koplo mengajak Gembus berputar-putar mencoba motornya. Awalnya mereka hanya menebar pesona di jalan kampung. Tapi, karena kurang puas, mereka pun mencoba melaju di jalan raya. Saat baru saja akan melewati sebuah lampu bangjo di dekat sebuah rumah sakit, mereka baru sadar ada polisi yang melakukan razia.
Sadar tidak bisa menghindar, Koplo pasrah saat seorang polisi mendekat. Koplo yakin bakal diberi surat bukti pelanggaran (tilang). Koplo berhitung dalam hati paling hanya didenda Rp100.000 karena motornya dan karena tidak memakai helm. Itu tidak masalah baginya, maklum masih happy karena motornya baru.
Tapi, Koplo dan Gembus terkejut saat polisi itu tidak hanya memberikan surat tilang. “Ayo saiki kowe wong loro push up adhep-adhepan ning tengene pit montormu,” kata polisi itu.
“Ra penak ta krungu swara knalpotmu? Kuwi sing dirasakke wong-wong gara-gara knalpotmu. Mulih kana, ganti knalpotmu!” kata polisi itu. Koplo dan Gembus lalu pulang dengan wajah paling mesakke sepanjang sejarah hidup mereka. Tangan mereka terus memegangi telinga yang masih berdenging.
“Kupingku wis ra krungu apa-apa, Mbus.”
“Kupingku kaya nggo omah tawon, Plo.”
Akhirnya, niat mereka ngreyen motor dan menggeber-geber knalpot saat kampanye pilgub gagal. Mereka harus menunda keinginan itu hingga pemilu tahun depan atau mungkin hingga pilgub lagi lima tahun mendatang. Itu pun kalau tak ketemu polisi itu tadi atau polisi yang sepemahaman.
Hartanto
Jl Mawar No 20, Perum Sapen Raya,
Sapen RT 001/RW 010, Mojolaban, Sukoharjo