SOLOPOS.COM - Peserta sedang menarik rekan satu timnya menggunakan blarak, dalam Festival Final Nglarak Blarak 2017, Minggu (20/8/2017). (Uli Febriarni/JIBI/Harian Jogja)

Pemerintah Kabupaten Kulonprogo mengajak masyarakat untuk memaknai permainan tradisional Nglarak Blarak (disingkat Nglabrak) bukan sekedar permainan

 
Harianjogja.com, KULONPROGO-Pemerintah Kabupaten Kulonprogo mengajak masyarakat untuk memaknai permainan tradisional Nglarak Blarak (disingkat Nglabrak) bukan sekedar permainan, melainkan juga simbolisasi semangat mewujudkan kesejahteraan.

Promosi Piala Dunia 2026 dan Memori Indah Hindia Belanda

Bupati Kulonprogo, Hasto Wardoyo mengungkapkan, permainan Nglabrak ini mengandung kombinasi sempurna pendidikan, prestasi dan rekreasi. Sebagai salah satu permainan tradisional Jawa, Nglabrak juga mengandung nilai-nilai budaya tertentu. Serta mempunyai fungsi melatih pemainnya melakukan hal-hal penting nantinya bagi kehidupan mereka di tengah masyarakat. Misalnya melatih kebersamaan, kecakapan berpikir, tidak cengeng, berani, jujur, dan sportif.

“Nglabrak dimaknai pula dengan semangat nglabrak [melabrak] kemiskinan, nglabrak kebodohan. Menuju kesejahteraan, menuju kemakmuran Kulonprogo,” ujarnya, saat membuka Festival Final Nglarak Blarak 2017, di Alun-alun Wates, Minggu (20/8/2017).

Hasto menambahkan, sebuah permainan tradisional, merupakan salah satu karakter dan ciri kebudayaan lokal dari Indonesia. Permainan Tradisional merupakan kekayaan budaya bangsa yang mempunyai nilai-nilai luhur, untuk dapat diwariskan kepada anak-anak sebagai generasi penerus.

Terlebih nglarak blarak sebelumnya telah memberikan kebanggan tersendiri, karena mengikuti ajang Festival Olahraga Tradisional Tingkat Internasional bertajuk The Association For International Sport for All (TAFISA) World Games, 2016 lalu. Maka, sudah menjadi tanggung jawab kita bersama untuk kembali mengembangkan permainan tradisional.

“Selain untuk melestarikan permainan tradisional itu sendiri, juga sebagai filter akan pengaruhnya permainan dari manca negara, yang sebenarnya tidak sesuai dengan karakter anak-anak kita. Selain itu agar generasi muda menyukai dan bangga dengan permainan tradisional milik bangsa sendiri,” tandasnya.

Kepala Dinas Kebudayaan Kulonprogo, Untung Waluyo menjelaskan, permainan nglarak blarak terinspirasi dari aktivitas para penderes kelapa. Perlengkapan yang wajib ada dalam permainan ini, antara lain pelepah daun kelapa (blarak), alat penderes nira (bumbung), keranjang kelapa, serta musik gamelan pengiring.

Festival yang diikuti oleh 12 perwakilan kecamatan ini, diselenggarakan dengan sistem gugur. Satu tim berisi enam orang, terdiri dari tiga orang perempuan dan tiga orang laki-laki. Pemkab berharap, kegiatan ini bisa dilaksanakan berkesinambungan. Agar masyarakat busa senantiasa melakukan dan melestarikan permainan tradisional Kulonprogo.

“Nglarak blarak juga menjadi media memupuk rasa kebangsaan, rasa persatuan dan kesastuan di antara kalangan anak muda,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya