SOLOPOS.COM - Pemilik kerajinan dengan merek Primitif Bambu asal Desa Pokak, Kecamatan Ceper, Klaten, Yulianto, menunjukkan hiasan bebek yang laris manis di pasaran lokal dan mancanegara, Sabtu (23/7/2022). (Solopos.com/ Wildan Farih Kurniawan).

Solopos.com, KLATEN – Hiasan rumah berupa kerajinan dari bahan bambu karya warga Desa Pokak, Kecamatan Ceper, Klaten, Yulianto, laris manis di pasaran.

Yulianto membuat kerajinan bambu berbentuk kentongan maupun hewan seperti bebek, ayam, dan babi itu sejak 2000. Sejak saat itu pula ia mampu menembus pasar lokal dan mancanegara salah satunya Rusia dan Amerika Serikat.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

“Semua kerajinan bambu maupun akar bambu dibuat hiasan rumah. Craft bambu biasanya berbentuk kentongan ada juga bentuk hewan seperti bebek dan sapi juga bisa hewan lainnya,” ujar Yulianto saat ditemui  Solopos.com, Sabtu (23/7/2022)

Yulianto mulai berkarya sejak 22 tahun lalu dengan nama usaha Primitif Bambu. Yulianto mengatakan meski dari bambu, kerajinan karyanya menembus pasar lokal dan mancanegara.

Pasar lokal yakni Jogja, Magelang, Salatiga, Blora, hingga Bali. Sementara, pasar mancanegara yang pernah menggunakan karyanya yakni warga Korea Selatan, Australia, Amerika Serikat, hingga Rusia.

Baca juga: Gerabah Melikan Klaten, Pemasarannya Tembus ke Australia dan Belanda

“Primitif Bambu ini produknya sudah sampai dipasar lokal dan mancanegara, lokal pasarnya ada di Jogjakarta, Magelang, Salatiga, Blora dan Bali. Pasar mancanegara kita pernah kirim ke Korea Selatan, Australia, Amerika Serikat dan Rusia,” kata Yulianto.

Yulianto mengatakan pasar internasional lebih dinamis, permintaan mancanegara naik pada saat musim dingin.

Craft yang diekspor dan sudah usang akan dibakar dijadikan bahan penghangat rumah setelah itu pembeli mancanegara akan membeli craft lagi, sehingga terjadi pergerakan ekonomi.

“Untuk produksi, tergantung pesanan, dengan harga yang bervariasi mulai dari Rp15.000 sampai Rp200.000 tergantung variasi dan bentuk kesulitan produk craft bambu. Kalau kami yang jadi jagoannya adalah model bebek banyak peminat,” ujarnya

Pembeli kerajinan bahan bambu, Wiji, mengatakan karya Yulianto banyak diminati karena hasilnya halus dengan kualitas ekspor. Selain itu, pembeli juga diperbolehkan request sesuai permintaan.

Baca juga: Keren! Kerajinan Bebek Akar Bambu Ceper Klaten Tembus Pasar Mancanegara

Yulianto mengatakan omzetnya menurun selama pandemi. Ia mengatakan dulu omzetnya mencapai Rp5 juta hingga Rp10 juta per bulan. Saat pandemi hanya Rp2,5 juta hingga Rp5 juta. Penurunan omzet membuat pengembangan craft bambu miliknya terganggu.

” Kendala pemasaran pemasaran dan permodalan kami juga menjadi permasalahan. Karena sistemnya DP [down payment] misalnya ada pesanan borongan pembeli DP 30 persen dan kami harus menutup 70 persen mencari permodalan sendiri untuk menutup produksi,” kata dia.

“Saya berharap ada bantuan agar dimudahkan dalam permodalan,” harap Yulianto.

“Kendala lain, regenerasi kerajinan craft bambu ini masih minim sekarang yang pengrajin rata-rata usia 40 tahun. Anak muda yang usia 25 tahun tertarik ke dunia luar lebih memilih sebagai pengemudi ojek online,” Ujarnya

Minimnya regenerasi menjadi permasalahan bagi kerajinan craft bahan bambu asal Ceper ini.

Baca juga: Teknik Putaran Miring Gerabah Melikan Klaten Sedot Perhatian Dunia

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya