SOLOPOS.COM - Warga meilntasi jembatan sasak dari Desa Gadingan, Mojolaban, Sukoharjo, ke Kelurahan Sewu, Jebres, Solo, Selasa (4/8/2020). (Solopos/Wahyu Prakoso)

Solopos.com, SOLO -- Belasan pengendara sepeda motor melintasi jembatan sasak yang melintang di Sungai Bengawan Solo menghubungkan Desa Gadingan, Mojolaban, Sukoharjo, dengan Kelurahan Sewu, Jebres, Solo, Selasa (4/8/2020) pukul 10.00 WIB.

Butuh nyali besar untuk melewati jembatan dari bambu itu. Lebarnya hanya cukup satu untuk sepeda motor dan tidak bisa bersimpangan dari arah berlawanan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Suara jembatan dari bambu duri itu berderit ketika ban sepeda motor melintasi jembatan. Pengendara sepeda motor menggantungkan kedua kaki supaya seimbang. Butuh konsentrasi agar pengendara sampai ke seberang dengan selamat.

Seperti yang dilakukan pedagang tenongan asal Dusun Jetis, Desa Gadingan, Marni, yang melintasi jembatan pada Selasa siang. Ia pulang setelah mengantarkan barang dagangan dari Pasar Rejosari.

Selain Gerindra, Ini 4 Parpol Yang Sudah Nyatakan Dukung Gibran dan Teguh di Pilkada Solo 2020

Saban hari, perempuan 42 tahun tersebut dua kali pergi-pulang melalui jembatan sasak di Sungai Bengawan Solo itu. Ia memilih melintasi jembatan karena memangkas waktu tempuh sekitar 10 menit dibandingkan melalui Jembatan Mojo, Kecamatan Pasar Kliwon.

"Sudah tujuh tahun ini saya berjualan dan PP dua kali sehari. Jadi habis Rp8.000 per hari. Sebenarnya bisa untuk beli bensin tapi kan perjalanan jauh. Kena debu. Kalau lewat Jembatan Mojo perjalanan sekitar 20 menit," katanya kepada Solopos.com.

Rute Pilihan

Jembatan juga menjadi rute pilihan warga Desa Gadingan, Harto Wiyono Sugimin, 75, yang bekerja sebagai jagal daging anjing di Kelurahan Nusukan. Ia bersepeda setiap hari menuju tempat kerja sehingga jika melalui rute Jembatan Mojo akan menguras tenaga.

Masih KLB Corona, Pemkab Sukoharjo Cabut Berbagai Keringanan Pajak dan Retribusi

Solopos.com mencoba melewati jembatan sasak dengan menggantungkan kaki supaya perjalanan aman. Jembatan tidak rata sehingga perlu konsentrasi penuh untuk melintasi jembatan sasak di atas aliran Sungai Bengawan Solo itu.

Pengelola jasa penyeberangan Sungai Bengawan Solo, Bagong, 48, menjelaskan jembatan dibangun Juli lalu dengan menghabiskan biaya material senilai Rp7 juta. Jembatan dibangun ketika air Bengawan Solo mulai surut.

“Kami bongkar lagi jembatan bila air sungai peres. Jembatan bisa dibangun lagi. Risiko bila ada eceng gondok atau bambu yang terbawa arus bisa menghancurkan jembatan,” paparnya.

Syereemm! Ada Sosok Gaib Raksasa Hitam Berambut Panjang di Lorong Kampus FKIP UNS Solo

Dia menjelaskan jembatan sasak itu memudahkan pengelola untuk memberikan layanan penyeberangan di Sungai Bengawan solo. Pengelola memakai perahu bila musim penghujan atau tinggi muka air Bengawan meningkat.

“Kami membayar Rp50 juta untuk lelang pengelolaan jembatan kepada Pemkab Sukoharjo selama satu tahun. Ada penjaga selama 24 jam. Saya punya dua tenaga. Kami bertugas bergantian,” paparnya.

Dia menjelaskan tarif penyeberangan sepeda motor Rp2.000 sekali jalan dan Rp1.000 untuk pesepeda dan pejalan kaki. Ia mengaku mendapat pemasukan minimal Rp300.000 per hari dan mengeluarkan biaya upah tenaga kerja Rp100.000.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya