SOLOPOS.COM - Sosialisasi pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak dalam rangka Hari Jadi Polwan ke 74 yang jatuh pada 1 September 2022, di Gedung Menara Wijaya, Rabu (24/8/2022). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com, SUKOHARJO—Kekerasan perempuan dan anak di Sukoharjo masih terus ditemukan.

Hingga kini 17 kasus kekerasan terhadap anak ditemukan di Sukoharjo dengan kasus terbanyak kekerasan seksual.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Akibat kekerasan seksual itu selain tertular infeksi menular seksual (IMS) anak-anak juga mengalami trauma. Tidak menutup kemungkinan mengalami penyimpangan seksual.

Dokter Spesialis Kulit dan Kelamin di RS Hermina Solo dan RS JIH Solo, Arieffah, mengatakan korban kekerasan berpeluang menjadi pelaku lesbi, gay, biseksual, dan transgender (LGBT).

Baca Juga: Keterlaluan! Selama 3 Tahun, Kepala Sekolah di Purbalingga Sodomi Siswa

“Anak-anak korban kekerasan seksual akan menjadi pelaku LGBT di kemudian hari sangat besar kemungkinannya. Selain itu anak-anak akan rentan tertular infeksi menular seksual dari mulai yang ringan sampai yang paling berat,” jelasnya saat ditemui usai kegiatan sosialisasi Pencegahan Kekerasan Terhadap Perempuan dan Anak dalam rangka Hari Jadi ke 74 Polisi Wanita Indoneisa di Gedung Menara Wijaya, Rabu (24/8/2022).

Dia mengatakan masa depan anak juga akan sulit untuk dibina dengan baik, karena menurutnya bagaimana anak akan belajar dengan baik jika secara fisik tidak sehat.

Apalagi kepada korban kekerasan yang kurang mampu. Semakin lama korban, kondisi kesehatan akan semakin terlantar dan tidak terobati, justru akan muncul banyak komplikasi, jika mengalami IMS.

“Saat ini belum ada penelitiannya ya [berapa banyak jumlah total LGBT di Soloraya]. Tetapi dalam satu bulan yang saya tangani tidak banyak hanya satu sampai dua kasus. Pernah empat kasus dalam satu bulan. Tetapi balik lagi saya rasa ini fenomena gunung es,” ungkapnya.

Baca Juga: Pelaku Pembunuhan Ibu dan Anak di Kupang Divonis Mati

Dia mengatakan pasien yang datang di kliniknya lebih banyak pasangan laki-laki dengan laki-laki dibandingkan perempuan dengan perempuan. Sementara pasien yang datang biasanya mereka yang telah terkena penyakit, bukan lagi dalam tahap pencegahan.

“Beberapa saya sarankan ke ahli kejiwaan, tetapi mereka tidak terlalu terbuka. Mereka [memeriksakan diri] ke saya juga karena terpaksa [karena sudah terkena penyakit IMS]. Usia relatif dari yang masih bersekolah sampai sudah menikah. Sekitar 18-40 tahun,” jelasnya.

Arieffah menjelaskan anak-anak yang feminin tidak serta merta dapat menjadi pelaku LGBT, tetapi harus ditentukan dari pemeriksaan ahli. Orang tua diimbau sejak dini memperhatikan anak-anaknya.

Sementara itu Kepala Dinas Pengendalian Penduduk, Keluarga Berencana, Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (DPPKBP3A) Sukoharjo, Proboningsih Dwi Danarti, mengatakan pihaknya masih terus melakukan upaya menekan angka kekerasan di Sukoharjo.

Baca Juga: Mengenang Nestapa Kasus Sum Kuning yang Tak Terpecahkan

Selain itu pemulihan korban kekerasan juga menjadi langkah lain yang diambil untuk menyelamatkan masa depan terutama anak-anak korban kekerasan seksual.

“Di Sukoharjo data terbaru 2022 kasus kekerasan anak ada 17. Kalau kasus kekerasan perempuan ada 15 kasus. Kebanyakan kasus kekerasan seksual,” jelasnya saat ditemui dalam kegiatan.

Kegiatan hasil kolaborasi Polres Sukoharjo bersama Pemerintah Kabupaten (Pemkab) Sukoharjo itu, Bupati Sukoharjo, Etik Suryani dan Kapolres Sukoharjo AKBP Wahyu Nugroho Setyawan, turut hadir dalam kegiatan.

Bupati Sukoharjo, Etik Suryani, mendukung sosialisasi pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak tersebut. Bupati berharap dengan sosialisasi tersebut dapat menekan angka kejadian di Sukoharjo.

Baca Juga: Pemkab Sukoharjo Imbau ASN Beli Beras Produksi Petani Lokal

“Karena dalam setahun ini terdapat sebanyak [sekitar] 40 kasus terhadap perempuan dan anak. Kami berharap kegiatan ini bisa bermanfaat, jangan sampai anak-anak kita menjadi korban bullying,” ungkapnya.

Sementara itu, Kapolres Sukoharjo AKBP Wahyu Nugroho Setyawan menyampaikan sosialisasi pencegahan kekerasan terhadap perempuan dan anak tersebut merupakan rangkaian dalam rangka Hari Jadi Polwan ke 74 yang jatuh pada 1 September 2022.

Lebih lanjut, Kapolres menerangkan sosialisasi tersebut merupakan bentuk preventif Pemkab dan Polres Sukoharjo dalam mencegah kekerasan terhadap perempuan dan anak, khususnya di wilayah Kabupaten Sukoharjo.

“Ini merupakan bentuk preventif, dimana tujuannya adalah menghindari munculnya potensi-potensi terjadinya kekerasan terhadap perempuan dan anak. Jadi sebelum diproses hukum lebih baik dicegah dahulu,” terangnya.



Baca Juga: Anak Yatim Piatu Tidak Terdampak Covid-19 Diusulkan Terima Bansos

Selain itu, imbuh Kapolres, dengan sosialisasi ini diharapkan Polwan Polres Sukoharjo juga dapat menjalankan fungsinya dalam memberdayakan perempuan dan anak.

Adapun peserta yang mengikuti sosialisasi antara lain Polwan Polres Sukoharjo, Kowad Kodim 0726 Sukoharjo, PNS dari Polres dan Kodim Sukoharjo, Bhayangkari, Persit, serta tamu undangan lainnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya