SOLOPOS.COM - Ilustrasi pelajar SMP. (Solopos/Whisnupaksa Kridhangkara)

Solopos.com, SRAGEN – Sebanyak 21 SMP negeri di wilayah pinggiran Kabupaten Sragen kekurangan murid. Pada penerimaan peserta didik baru (PPDB) 2020 tercatat sebanyak 21 sekolah itu kekurangan sekitar 759 siswa.

Kuota puluhan SMPN tersebut tidak terpenuhi 100% karena angkatan lulusan sekolah dasar (SD) di sekitar sekolah minim. Sementara banyak SMPN di wilayah perkotaan Sragen kebanjiran siswa karena jumlah pendaftarnya membeludak melebihi kuota.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Curhat Pilu Anak Korban Tabrak Lari di Flyover Manahan Solo: Pertama dan Terakhir Diantar Ibu

Tidak terpenuhinya kuota atau daya tampung siswa 21 SMPN tersebut diungkapkan Kabid Pembinaan SMP Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen Prihantomo saat dihubungi Solopos.com, Kamis (2/7/2020). Dia mengatakan 21 SMP negeri yang kekurangan hingga 759 murid itu menyebar di wilayah pinggiran Sragen, seperti di Jenar, Tangen, sampai Sumberlawang, dan Miri.

“Secara geografis sekolah-sekolah pinggiran itu memang sulit aksesnya dan angkatan lulusan SD di sekitar sekolah pun terbatas jumlahnya. Namun, ada juga lokasi sekolahnya yang berdekatan dengan sekolah lainnya yang sama-sama jenjangnya. Belum lagi SMP Satu Atap (Satap) juga jelas kekurangan siswa karena jaraknya yang jauh. Sedangkan sekolah di perkotaan sudah kelebihan pendaftaran sehingga daya tampung terpenuhi,” ujar Prihantomo.

Pesanggrahan Prabu Brawijaya V dan Asale Dusun Majapahit di Sambungmacan Sragen

Dia melihat kadang kala usulan daya tampung yang diajukan sekolah itu tidak sesuai dengan pemetaan potensi lulusan SD.  Dengan demikian target daya tampung itu tidak terpenuhi.

Hal ini salah satunya terjadi di SMP Sragen Bilingual Boarding School (SBBS) Gemolong yang mengusulkan kuota sampai tiga rombongan belajar (rombel). Tetapi setelah PPDB online ditutup baru mendapatkan siswa kurang dari satu rombel.

“Khusus di SMP SBBS masih bisa proses dengan membuka pendaftaran secara offline seperti yang dilakukan SMP swasta,” jelasnya.

Prihantomo menjelaskan kebijakan jalur zonasi itu sebenarnya menguntungkan sekolah untuk menampung siswa yang paling dekat secara geografis dengan tempat domisilinya. Namun, karena faktor SDM calon peserta didik yang terbatas, kuota tidak terpenuhi. Selain itu, Prihantomo menduga kemungkinan program keluarga berencana berhasil di daerah pinggiran Sragen sehingga banyak SMP negeri kekurangan murid.

Keunggulan Pisang Cavendish Boyolali yang Siap Terbang ke Jepang

Daftar Ulang

Dia menerangkan kuota yang tidak terpenuhi itu tetap dibiarkan kosong dan tidak bisa terisi karena proses PPDB sudah berakhir. Calon peserta didik baru yang diumumkan diterima pada 30 Juni 2020 lalu bisa dianggap mengundurkan diri bila tidak melakukan daftar ulang yang dilakukan mulai Selasa (30/6/2020) hingga Sabtu (4/7/2020) besok.

“Sementara kondisi sekolah swasta persaingannya lebih pada kualitas sekolah. Bagi sekolah berkualitas baik sudah penuh kuotanya,” katanya.

Sementara itu, SMPN 4 Sragen yang terletak di wilayah perkotaan justru kebanjiran siswa. Kepala SMPN 4 Sragen, Nining Kristanti, menyebut jumlah pendaftar di sekolahnya mencapai 1.406 siswa atau lima kali lipat dari daya tampungnya yang hanya 224 orang.

Nining menyampaikan peminat paling banyak pada jalur zonasi sebanyak 1.062 pendaftar, disusul jalur prestasi 226 orang, jalur afirmasi 106 orang, dan jalur perpindahan orang tua 12 siswa.

“Kuota sekolah sudah terpenuhi sejak hari ke-3 pelaksanaan PPDB online,” ujarnya saat ditemui Solopos.com, Kamis siang.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya