SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

<p><strong>Solopos.com, BOYOLALI -</strong> Dua setengah bulan lalu, Ginting Sanjay Rayhan,43, mulai menanam bibit bunga matahari di Dukuh Gunung Wates, Desa Wates, Simo, <a href="http://soloraya.solopos.com/read/20180614/492/922435/punya-lintasan-13-km-yuk-ke-sirkuit-gokart-boyolali" title="Punya Lintasan 1,3 Km, Yuk Ke Sirkuit Gokart Boyolali!">Boyolali.</a> Letaknya, sekitar 1,5 km dari jalan raya Simo-Andong. Kebun seluas 1.000m2 itu menempati tanah milik keluarga Ginting. Jalan menuju ke tempat itu masih banyak berlubang dan belum dibeton.</p><p>Ginting yang pernah terlibat dalam pembuatan Taman Dewari, <a href="http://semarang.solopos.com/read/20180623/515/923901/guru-asal-mesir-tewas-di-ponpes-magelang-ini-dugaan-penyebabnya" title="Guru Asal Mesir Tewas di Ponpes Magelang, Ini Dugaan Penyebabnya…">Magelang</a> itu awal tahun ini memutuskan pulang kampung untuk memulai usaha di bidang pembibitan bunga matahari. Nantinya, setelah empat bulan bunga matahari yang ditanam Ginting bisa dipanen. Bermodal Rp10 juta Ginting membeli hampir 5.000 bibit lokal sampai mengolah lahan. Hingga kini, lebih kurang 2.000 bibit yang berhasil tumbuh dalam dua kali masa tanam.</p><p>Dia melakukan perawatan dengan membubuhkan pupuk NPK tiga kali sebulan, dan menyiraminya tiap sepuluh hari sekali. Meski begitu,&nbsp; Ginting mengakui tak semua tanaman bunga mataharinya dapat tumbuh maksimal. Serangan hama ulat dan jamur tak bisa dihindarkan. <a href="http://madiun.solopos.com/read/20160714/516/737243/wisata-kediri-asyiknya-piknik-di-kebun-bunga-matahari-kediri" title="WISATA KEDIRI : Asyiknya Piknik di Kebun Bunga Matahari Kediri">Bunga matahari</a> yang bisa tumbuh maksimal akan memiliki diameter 20-25 cm, sementara yang tidak maksimal diamterenya hanya sekitar 10-15 cm. Meski begitu ada dampak positif lain yang didapatkannya.</p><p>Setelah bunga-bunga matahari bermekaran, Kusuma, 24, salah satu pemuda desa, memviralkan keindahan kebun bunga Ginting lewat media sosial, terutama Instagram dan Facebook. Masyarakat pun merespons dan berkunjung ke kebun bunga itu.&nbsp; Melihat banyaknya pengunjung, Ginting bersama para pemuda desa mulai memoles kebun dengan pernak-pernik kekinian. Mereka membuat gapura sederhana selamat datang, beberapa spot swafoto, dan tulisan Taman Purbo berbahan bambu yang dicat merah. Ginting mengatakan nama Taman Purbo diambil dari nama lain bunga matahari. &ldquo;Dulu di daerah Gunung Kidul, DIY, tidak ada yang namanya bunga matahari. Warga menyebutnya kembang purbo,&rdquo; bebernya ketika berbincang dengan wartawan Solopos.com, Nadia Lutfiana Mawarni, Senin (13/8/2018) sore.</p><p>Ginting berharap Taman Purbo bisa membangkitkan aktivitas pemuda di lingkungan Desa Wates. Dia mengajak para pemuda ikut mengelola tempat wisata dengan membuat tiket dan melayani parkir. Dengan membeli tiket seharga Rp5.000 para pengunjung dapat puas menikmati keindahan bunga matahari sambil berswafoto.</p><p>Salah satu pengunjung, Wiwik Dwi Astuti, 36, mengaku sudah lama penasaran dengan keadaan Taman Purbo. &ldquo;Awalnya cuma melihat unggahan teman di Instagram, ini kali pertama datang langsung,&rdquo; ujar warga Kedunglengkong, Simo, itu. Wiwik berharap Taman Purbo lebih tertata dan menyediakan lebih banyak spot swafoto.</p>

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya