Ngampet Pipis

Kisah nyata ini dialami Jon Koplo beberapa waktu lalu ketika mahasiswa sebuah universitas terkenal di Salatiga ini pulang ke Solo. Dari Terminal Tingkir Koplo nyegat bus jurusan Semarang-Solo.

Baru sampai di Ampel, ndilalah ia terkena HIV (hasrat ingin vivis). Ia bingung karena bus tak ada toiletnya, sementara kalau mau turun sangunya sudah tidak cukup lagi buat nyegat bus lain. Sambil pringas-pringis dan ngeses-ngeses Koplo mencoba menahan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ndilalah kondekturnya perempuan, Koplo malu mau bilang kebelet pipis. Ia cuma bertanya, “Mbak, nanti lewat Terminal Boyolali enggak?”

“Iya, Mas. Tapi cuma sebentar, menurunkan penumpang terus berangkat lagi. Memangnya kenapa?” tanya sang kondektur, sebut saja Lady Cempluk.

“Enggak kok, nggak papa,” jawab Koplo tak mau mengaku.

Ia masih berharap bisa pipis di Terminal Kartasura karena biasanya bus berhenti lama di sana.

Namun harapannya sirna. Bus tidak masuk Terminal Kartasura. “Hlo, Mbak kok enggak masuk terminal?” tanya Koplo lagi.

“Sudah jam segini Mas, terminalnya sudah tutup. Memangnya kenapa?”

“Enggak papa kok,” jawab Koplo.

Sampai di pertigaan Kartasura, ndilalah jalanan macet. Koplo tambah mbingungi. Namun tiba tiba ia mendapat ide. Ia pun terpaksa bilang ke mbak kondektur.

“Mbak, saya selak kebelet pipis-e. Mumpung macet saya tak turun dulu lari ke depan sana, nanti kalau busnya sudah sampai sana tak cegat lagi,” pinta Koplo.

Lady Cempluk yang sudah mudheng maksud Koplo langsung membukakan pintu sambil senyam-senyum. Begitu turun dari bus Koplo langsung nggenjrit lari ke depan, lalu masuk sebuah gang sempit dan ngetap “oli”-nya. “Aaaahhh, legaaa…!”

Setelah selesai, Koplo nyegat bus itu lagi dan bablas menuju Solo diiringi gelak tawa kondektur dan para penumpang lain.

Joshua Martiano, Perum Flamboyan Indah F-3 RT 004/RW 006 Blulukan, Colomadu, Karanganyar