SOLOPOS.COM - Pekerja menyelesaikan pembangunan selter PKL Gladag Langen Bogan (Galabo) di Jl Mayor Sunaryo, Solo. PKL yang nantinya akan menempati selter itu mengungkapkan kekhawatiran kondisi selter yang banjir saat hujan lebat. (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

Pekerja menyelesaikan pembangunan selter PKL Gladag Langen Bogan (Galabo) di Jl Mayor Sunaryo, Solo. PKL yang nantinya akan menempati selter itu mengungkapkan kekhawatiran kondisi selter yang banjir saat hujan lebat. (JIBI/SOLOPOS/Agoes Rudianto)

SOLO – Pedagang Kali Lima (PKL) Beteng Utara kembali mempermasalahkan pembangunan New Galabo di Jl Mayor Sunaryo, Pasar Kliwon yang 90 persen hampir selesai. Sebab, pembangunan selter justru menimbulkan masalah baru yakni banjir saat hujan turun.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kondisi tersebut membuat PKL semakin resah. Namun mereka rata-rata khawatir untuk mengutarakan hal itu lantaran pembangunan selter hampir selesai. “Mungkin dalam waktu dekat, semua pedagang baik siang dan malam akan berpindah ke lokasi baru. Namun kok kondisinya seperti ini, kalau turun hujan malah banjir,” jelas salah satu pedagang bakso, Manto, kepada Solopos.com. Genangan air yang terjadi di kawasan New Galabo, kata Manto, diduga karena pembuatan sanitasi tidak memenuhi standar atau lebih kecil dari sanitasi sebelumnya. “Dulu ada dua sanitasi di kawasan ini. Artinya pembuangan limbah air dari pedagang berjalan lancar, hla sekarang lokasi belum dipakai malah air meluap di jalan,” keluhnya.

Ekspedisi Mudik 2024

Dengan kondisi tersebut, kata Manto, sebagai pedagang merasa dirugikan atas pembangunan New Galabo. Sebab, konsep pembangunan kawasan Galabo sejak awal tidak melibatkan pedagang. “Coba kalau awal pedagang dilibatkan untuk urun rembug dalam pembangunan, mungkin kejadiannya tidak seperti ini. Pedagang sebenarnya setuju atas pembangunan kawasan ini, tapi kalau merugikan pedagang dan kawasan ini menjadi langganan banjir, terus siapa yang mau berjualan?,” tanya Manto.

Kendala lain, kata Manto, tidak tersedianya lahan parkir di area Galabo untuk pedagang siang hari. Karena selter yang dibangun menjorok ke jalan raya sekitar 2,5 meter atau dua kali lipat dari kondisi sebelumnya. “Pembeli yang dulunya bisa parkir di dekat gerobak dagangan sekarang kayaknya enggak bisa. Dulu bangunan selter hanya 2,7 meter, sekarang selter mepet jalan raya. Kalau pembeli parkir di depan selter pasti menghalangi pengguna jalan lainnya,” jelasnya.
Sementara itu, desas-desus penggunaan satu gerobak yang dimanfaatkan pedagang siang dan malam kembali mencuat. “Saya mau diatur dan ditata, tapi masalah gerobak enggak bisa dijadikan satu. Barang dagangannya saja berbeda,” ujar pedagang lainnya, Mulyono. Mulyono tidak bisa membayangkan apabila satu gerobak harus dibagi pemakaiannya antara pedagang siang dan malam. Dia menghawatirkan hal itu akan menimbulkan masalah baru di belakang.

Dihubungi terpisah, Ketua Paguyuban PKL Beteng Utara, Habib Mas’ud, menyatakan akan mengecek pembangunan sanitasi di kawasan Gladak Langen Bogan (Galabo). “Keluhan pedagang adanya banjir saat hujan harus saya cek langsung. Menurut perjanjian awal, sanitasi akan dibangun sesuai dengan konsep yang tepat sehingga tidak menimbulkan masalah,” jelas Habib.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya