Solopos.com, SOLO – Netizen Indonesia disebut paling tidak sopan se-Asia Tenggara. Hal tersebut diketahui berdasarkan laporan tahunan terbaru yang dirilis Microsoft.
Laporan tersebut antara lain mengukur tingkat kesopanan netizen dengan tajuk Digital Civility Indes (DCI). Hasilnya, netizen termasuk yang diteliti dan menempati rangking rendah.
Promosi Selamat Datang Kesatria Bengawan Solo, Kembalikan Kedigdayaan Bhineka Solo
Secara umum, Asia Tenggara maupun Asia, netizen Singapura berada di posisi teratas dan keempat secara global.
Baca juga: Puting Beliung Kembar Muncul di Sragen
Indonesia menempati rangking ke-29 dari 32 negara yang diteliti Microsoft. Hal ini membuat posisinya berada di peringkat terbawah di Asia Tenggara.
"Studi tahunan kesopanan digital ini penting untuk meningkatkan kesadaran dan mendorong interaksi positif secara online," sebut Liz Thomas selaku Regional Digital Safety Lead, Asia-Pacific, Microsoft yang dikutip Detik.com dari Mashable, Rabu (24/2/2021).
Laporan itu disusun berdasarkan hasil survei yang dilakukan selama periode April hingga Mei 2020 yang melibatkan 16.000 responden dari kalangan muda maupun tua. Hasil survei itu menunjukkan semakin rendah skor berarti paparan risiko online semakin rendah, sehingga tingkat kesopanan netizen di negara itu disimpulkan semakin tinggi.
Baca juga: Terungkap! Ini Pasien Pertama Pijat Mak Erot
Paparan risiko netizen yang dimaksud termasuk paparan hoaks, ujaran kebencian, penipuan, atau diskriminasi yang dialami di dunia maya.
Dalam laporan tersebut, skor DCI untuk kaum remaja di Indonesia sebenarnya tidak berubah, tapi turun di kalangan dewasa.
"Tidak ada perubahan skor DCI untuk kalangan muda tapi penurunan minus 16 poin di orang-orang dewasa di Indonesia," sebut Microsoft.
Baca juga: Melesat, Pengguna Internet Indonesia Tembus 202,6 Juta Orang
Risiko terbesar netizen Indonesia adalah hoaks dan penipuan yang naik 13%, ujaran kebencian naik 5%, namun diskriminasi turun 2%. Empat dari 10 responden menilai kesopanan lebih baik selama pandemi. Namun hampir 5 dari 10 orang mengaku terlibat dalam bullying dan 19% responden mengaku sebagai target.