Nelayan WKO keluhkan serangan brazillia

ilustrasi. (dok Solopos)

Sumberlawang (Solopos.com)–Hasil tangkapan ikan para nelayan Sumberlawang di waduk kedung ombo (WKO) selama musim hujan yang turun satu bulan ini terus mengalami peningkatan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Meski demikian para nelayan merasa resah dengan ancaman ikan brazillia dan red devil yang mengganggu kelangsungan hidup ikan-ikan lainnya.

Ikan brazillia atau biasa disebut ikan loreng merupakan salah satu jenis ikan pemangsa bibit-bibit ikan. Karena perkembangbiakannya yang sangat pesat, banyak ikan-ikan bernilai jual tinggi, seperti mujahir, betutu dan lainnya terancam.

Para nelayan pun kewalahan menghadapi serangan tersebut. Menurut mereka, ikan brazillia adalah predator yang menjadi ancaman terbesar bagi ikan-ikan di WKO.

“Selama beberapa pekan ini hasil tangkapan kami memang sudah mulai membaik. Kalau dulu hanya bisa dapat 3 kg, sekarang bisa sampai 10 kg. Tapi kami masih bingung dengan makin banyaknya ikan brazillia,” ujar salah seorang nelayan, Yono, saat ditemui Espos, di WKO, Kamis (1/12/2011).

Selain mengganggu habitat jenis ikan lainnya, ikan brazillia juga tak meguntungkan dari nilai ekonomi. Rasa dagingnya yang tak begitu enak, daya tahan ikan yang mudah busuk dan tubuhnya yang tak begitu besar membuat ikan itu kurang laku di pasaran. Per kg ikan brazillia, kata nelayan lainnya, Tukiman, paling mahal hanya dihargai Rp 2.000. Hal itu tentu jauh berbeda dengan penjualan ikan mujahir yang mencapai Rp 5.000-Rp 9.000 per kg.

Hingga kini, diakui para nelayan, mereka belum memiliki solusi untuk mengatasi serangan ikan tersebut. “Ya bagaimana lagi, belum ada cara untuk mengurangi ikan brazillia. Sampai sekarang masih dibiarkan hidup liar,” tandas Tukiman.

(m97)