SOLOPOS.COM - Seorang nelayan bernama Marto Utomo mempersiapkan perahu yang dilabuhkan di dekat Tempat Pelelangan Ikan (TPI) Karangwuni, Wates, Kulonprogo, Senin (3/4). Dia mengaku sudah sepekan tidak melaut karena cuaca buruk. (Rima Sekarani I.N./JIBI/Harian Jogja)

Solopos.com, SEMARANG – Cuaca ekstrem yang melanda sebagian besar wilayah Jawa Tengah beberapa hari terakhir mempengaruhi aktivitas nelayan. Puluhan ribu nelayan Jateng gagal melaut akibat tingginya ombak perairan Laut Jawa dan pantai selatan akibat cuaca ekstrem itu sehingga harga ikan di pasar pun melambung.

Berdasarkan catatan Dinas Kelautan dan Perikanan (DKP) Jateng, terdapat sekitar 22.175 nelayan berperahu kecil yang gagal melaut karena cuaca ekstrem disertai tingginya ombak atau perairan laut.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Kepala DKP Jateng, Fendiawan Tiskiantoro, menyatakan kebanyakan nelayan yang tidak bisa melaut saat ini adalah nelayan dengan perahu mesin di bawah 10 gross ton (GT). Mereka selama ini tersebar di perairan Rembang, Tambaklorok Semarang, Demak, dan pantai selatan.

Baca Juga: Celaka Jika Anda Punya Bos dengan Zodiak Ini…

“Jika dibandingkan tahun lalu, cuaca tahun ini lebih ekstrem. Tahun ini ombak tinggi yang muncul dampaknya sangat luas. Perahu-perahu nelayan banyak yang rusak dan juga infrastruktur di perkampungan nelayan kena imbas,” tutur Fendi, Jumat (19/2/2021).

Menurut Fendi, nelayan yang masih bisa melaut hanya yang memiliki perahu bermesin di atas 30 GT. Itu pun jumlahnya sedikit, sekitar 874 orang.

Biasa bagi Nelayan

Sementara itu, masih ada 3.339 nelayan yang menggunakan perahu bermesin 10-30 GT, dan 22.175 nelayan dengan perahu bermesin di bawah 10 GT. “Memang para nelayan sudah terbiasa dengan kondisi ini. Tapi ketika gelombang tinggi di perairan, ditambah pandemi, kondisinya jadi buruk. Satu-satunya cara, mereka kalau mau melaut harus melihat cuaca benar-benar normal. Kalau pun nekat ya enggak maksimal. Paling hanya setengah hari,” tuturnya.

Banyaknya nelayan yang tidak berani melaut, lanjut Fendi pun berdampak pada merosotnya hasil tangkapan. Hal tersebut tentunya berimbas pada harga jual ikan yang melambung tinggi.

Baca Juga: Ini Ramalan Cinta 12 Zodiak di Bulannya Aquarius

“Rata-rata harga ikan sekarang naik 20%. Soalnya semua tangkapan nelayan juga turun. Ini jadi persoalan karena cuaca yang sulit diprediksi,” tuturnya.

Fendi menambahkan melihat kondisi nelayan Jateng yang teradang cuaca ekstrem tersebut, pemerintah pun berencana memberikan bantuan melalui program Asuransi Nelayan. Alokasi dana untuk program ini mencapai Rp1,5 miliar.

“Bantuan Asuransi Nelayan ini diperuntukkan bagi 20.000 nelayan di 24 kabupaten/kota. Per daerah ada 20-100 nelayan. Bantuannya Rp175.000 per orang. Bantuan ini sebenarnya sudah diberikan sejak 2019, tapi sempat berhenti karena pandemi,” tuturnya. (Imam Yuda S

KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Solopos

 

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya