SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Semarangpos.com, PATI — Angin besar dan gelombang tinggi yang kini tengah mendera laut Nusantara menjadi pertanda buruk bagi kehidupan para nelayan. Musim paceklik ikan mulai  menyapa insan perikanan Jawa Tengah.

Sejumlah nelayan di Kabupaten Pati, Jateng, sejak beberapa bulan terakhir minim tangkapan karena setiap melaut tidak mendapatkan jumlah ikan yang memadai menyusul cuaca yang belum menentu. “Musim sekarang termasuk musim peralihan dari angin timur menuju barat. Terkadang di tengah laut terjadi ombak tinggi, kemudian reda,” ungkap Suroto, seorang nelayan di Kecamatan Tayu, Kabupaten Pati, Jateng, Minggu (21/10/2018).

Promosi BRI Sambut Baik Keputusan OJK Hentikan Restrukturisasi Kredit Covid-19

Kondisi seperti itu, kata dia, selalu terulang dan sejak beberapa bulan terakhir hasil tangkapan ikan juga tidak menentu. Termasuk dua hari terakhir ini juga mendapatkan hasil minim karena ikan yang ditangkap hanya laku Rp20.000, sedangkan sehari sebelumnya justru pulang tanpa hasil. “Uang hasil tangkapan tersebut masih harus dibagi berdua karena setiap melaut membutuhkan dua orang,” ujarnya.

Setiap melaut tanpa mendapatkan hasil tangkapan maka nelayan menanggung kerugian hingga Rp50.000 karena biaya operasional setiap melaut untuk jarak sedang, belum termasuk tenaga selama melaut. Meskipun beberapa kali tidak mendapatkan hasil tangkapan, dia mencoba melaut mulai dini hari pukul 02.00 WIB, namun tetap tidak mendapatkan hasil yang memuaskan.

Ia memperkirakan hasil tangkapan nelayan akan kembali normal ketika memasuki musim baratan yang ditandai dengan gelombang tinggi. Meskipun memasuki musim baratan, kata dia, khusus wilayah tangkapan nelayan di Kecamatan Tayu dan sekitarnya justru aman dari gelombang tinggi, berbeda dengan nelayan tetangga di Kabupaten Jepara justru tidak bisa melaut.

Pengalaman musim baratan sebelumnya, hasil tangkapan ikan selama melaut bisa mencapai 60-an kilogram untuk satu jenis ikan, sedangkan hasil tangkapannya biasanya bermacam-macam jenis ikan. Nelayan yang lainnya, kata dia, informasinya ada yang tidak melaut dan memilih mencari pekerjaan lain untuk mengisi selama masa paceklik.

“Bagi nelayan tidak memiliki alternatif pekerjaan seperti saya, tetap melaut dengan hasil yang tidak menentu,” ujarnya.

KLIK dan LIKE di sini untuk lebih banyak berita Semarang Raya

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya