SOLOPOS.COM - JIBI/SOLOPOS/Sunaryo Haryo Bayu JENASAH OKKY--Keluarga, kerabat dan rekan Okky Adinata Dwicahyo menghantarkan jenasah di rumah duka di Jl Parang Liris, Tegalrejo, Sondakan Laweyan sebelum dimakamkan, Jumat (23/12/2011).

JIBI/SOLOPOS/Sunaryo Haryo Bayu JENASAH OKKY--Keluarga, kerabat dan rekan Okky Adinata Dwicahyo menghantarkan jenasah di rumah duka di Jl Parang Liris, Tegalrejo, Sondakan Laweyan sebelum dimakamkan, Jumat (23/12/2011).

SMS terakhir untuk Mama

Promosi Siasat BRI Hadapi Ketidakpastian Ekonomi dan Geopolitik Global

Suasana duka masih menyelimuti keluarga tiga korban musibah ombak Pantai Teleng Ria, Pacitan, Jawa Timur. Dua korban, Bramastha Yoga Nusantara dan Okky Adinata Dwicahyo dimakamkan, Jumat (23/12/2011). Sementara Argatha Adi Gumilar masih dalam pencarian.

Berikut laporan Tim Espos.

“Adik sayang Mama.” Demikian pesan singkat dari Bramastha Yoga Nusantara yang diterima Ny Warsini, Kamis (22/12) sekitar pukul 12.00 WIB. Pesan itu dikirim Bramastha dari Pacitan bertepatan dengan Hari Ibu.

Bramastha juga mengirim pesan kepada ayahnya, Bambang Sutiyono, yang saat itu berada di Bangkok, Thailand, untuk urusan pekerjaan.

Kepada ayahnya, Bramastha memberi tahu sedang berada di pantai bersama rekan-rekannya. Satu setengah jam kemudian, musibah itu terjadi. Ketika bermain air di pantai, Bramastha dan dua rekannya menemui ajal akibat digulung ombak Pantai Teleng Ria, Pacitan, Jawa Timur.

Paman Bramastha, Haryadi, 37 dan sepupunya, Ariesto, 29, menceritakan pesan terakhir itu dalam suasana duka. Rumah siswa SMAN 4 Solo di Gawanan Timur RT 3/RW IV, Colomadu, Karanganyar, Jumat (23/12), dipenuhi keluarga, tetangga dan teman-teman korban.

Jenazah Bramastha ditemukan Jumat pagi dan langsung dibawa ke rumah duka. Pemuda berusia 16 tahun itu dikebumikan di permakanan Kauman, Gawanan sekitar pukul 15.00 WIB setelah upacara kebaktian perkabungan.

Sekitar 25 km dari kediaman Bramastha, rumah Argatha Adi Gumilar, 16, di Nglinggo RT 6/RW IV, Desa Buran, Kecamatan Tasikmadu, Karanganyar, juga diselimuti duka. Tamu berdatangan walau korban keganasan Pantai Teleng Ria, itu belum juga ditemukan hingga Jumat siang.

Warga, kerabat dan sanak saudara silih berganti ingin memastikan nasib putra pasangan Harsono-Wuri Ratnaningsih tersebut.

Paman Argatha, Suwardo, 69, saat ditemui Espos, Jumat, menuturkan sejak menerima kabar Argatha ditelan ombak, orangtuanya dan keluarga langsung berangkat ke Pacitan.

“Ibu Argatha tidak mau pulang sebelum Argatha ditemukan. Keluarga masih berharap ada mukjizat yang bisa menyelamatkan Argatha,” ujarnya.

Menurut Suwardo, Argatha pamit kepada orangtuanya untuk berlibur bersama teman-teman sekolahnya menggunakan sepeda motor ke Pacitan.

Orangtuanya mengizinkan pergi karena tidak ada rencana menginap. Argatha juga diminta cepat pulang lantaran harus mempersiapkan perayaan Natal bersama. Tapi kini, perayaan Natal keluarga itu tidak dihadiri oleh Argatha.

“Sampai sekarang belum ada kejelasan tentang nasib Argatha. Kami semua semua cemas tidak bisa tidur memikirkan nasib Agatha,” imbuhnya, Jumat siang.

Ditambahkan tante Argatha, Sunarmi, 30, selama ini Argatha dikenal sebagai anak pendiam dan penurut. Argatha juga dikenal aktif mengikuti kegiatan kepemudaan di lingkungan setempat.

“Sejak kabar ini, teman-temannya banyak yang datang ke rumah. Tidak hanya itu keluarga dan teman kantor bapak-ibunya juga banyak yang datang. Jadi kami harus menyiapkan kursi,” tuturnya.

Cium tangan
Duka mendalam juga dirasakan keluarga korban Okky Adinata Dwicahyo, 17. Ayahnya, Hadi Saksono, tak dapat menyembunyikan raut pilu karena kehilangan buah hati tercinta.

Di kediaman yang beralamat di Tegalrejo RT 01/RW I, Sondakan, Laweyan, Solo, puluhan pelayat tampak silih berganti berdatangan menyampaikan bela sungkawa, Jumat.

Mengenakan baju serba hitam, Hadi menahan rasa letih bercampur sedih. Tak ada firasat yang dirasakan karyawan APJ PT PLN Solo itu, saat buah hatinya meminta izin pergi bersama kawannya. Namun, beberapa hari sebelumnya, Okky sempat bertingkah manja dan tak seperti biasanya.

Okky sempat menghampirinya dan menciumi tangannya hingga lima kali. Hadi tak tahu apakah itu tanda salam perpisahan. “Dia menciumi tangan saya sampai lima kali. Saya sama sekali tak berpikir ini jadi salam terakhir.”

Pagi sebelum kejadian, Okky meminta izin pamit ke Kemuning, Karanganyar. Saat itu, Hadi sempat berkeberatan lantaran mulai musim hujan dan jalanan licin. Namun lantaran Okky bersikeras, akhirnya Hadi mengizinkan.

“Saya kaget kok tiba-tiba ada kabar Okky tergulung ombak, padahal dia izin ke Kemuning,” ungkapnya.



Hadi dan keluarga lalu bertolak ke Pacitan dan bertemu tim SAR gabungan Solo-Pacitan serta aparat kepolisian Pacitan yang membantu mencari keberadaan Okky hingga Kamis dini hari.

Paginya, Jumat, nelayan memberi informasi ada jasad di tengah laut. Hadi mengatakan saat itu jasad Okky sudah mengapung di tengah laut, kira-kira 25 kilometer dari bibir pantai.

“Saya ikut menyusuri Pantai Teleng Ria bersama teman saya dari Solo dengan berbekal senter. Saya tak bisa tidur,” jelas dia kepada Espos.

(sif/asa/das/isw)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya