SOLOPOS.COM - Protokol kesehatan di resepsionis Fave Hotel Solo, Juni 2020. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO — Hotel di Solo telah menerima tamu, meski belum banyak. Hal ini memberi secercah harapan bagi karyawan hotel.

Selama masa pandemi hingga saat ini ketika tamu baru sedikit, kesejahteraan karyawan hotel tak menentu. Ada yang tetap digaji, meskipun dengan nilai tak maksimal karena jam kerja dikurangi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Selain itu, ada karyawan hotel yang terpaksa dirumahkan karena tamu memang tidak ada. Public Relations Hotel Sahid Jaya Solo, Septiarona Sylviarineta, mengakui okupansi hotel di situasi seperti ini kurang dari 10%.

Peserta BPJS Kesehatan Nunggak Iuran Dapat Kelonggaran, Ini Ketentuannya

Per hari hanya sekitar 20 kamar di dua lantai yang dibuka. “Kebanyakan tamunya keluarga. Itu pun mereka dari lokal daerah sini,” kata dia, Senin (22/6/2020).

Kondisi bisnis yang sulit ini berimbas pada para staf hotel atau hotelier. Satu staf hanya masuk delapan hari dalam sebulan. Ini hanya untuk back office, sementara daily worker atau pekerja harian dirumahkan.

Menurutnya, Lebaran yang biasanya menjadi momen bagus bagi hotel di Solo untuk mendulang keuntungan, tahun ini tak memeroleh hasil bagus. Paket kamar dengan harga terjangkau maupun layanan antar food and beverages (FB) tak bisa mengembalikan roda bisnis hotel seperti sebelum terdampak Covid-19.

7 Maskapai Garuda-Sriwijaya-Lion Group Terbukti Atur Harga Tiket Pesawat

“Protokol kesehatan yang mengacu pada new normal ini kami sudah menerapkan sejak lama, tapi memang ada beberapa hal yang harus kami ketatkan lagi demi keamanan dan kenyamanan bersama. Prosedur khususnya untuk tamu ini mulai dari proses check in hingga sampai kamar,” jelasnya.

Terpukul Pembatalan Agenda MICE

Cluster General Manager Fave Hotel Solo, Ika Florentina, mengakui bisnis perhotelan tak terkecuali di Soloraya terpukul telak akibat pandemi Covid-19.

Hal yang paling nyata adalah jebloknya tamu hotel di Solo, pembatalan sederet agenda meeting, incentives, conferences, and exhibitions (MICE). Pandemi corona ini membuat angka okupansi perhotelan tak sampai dua digit, angka terendah sepanjang sejarah perhotelan di Soloraya.

Anak Usia Lima Tahun ke Atas Boleh Masuk Mal & Area Publik Lain di Solo

Demand atau pasar yang merosot berimbas pada banyak karyawan hotel di Solo mesti dirumahkan tanpa dibayar (unpaid leave) hingga terkena pemutusan hubungan kerja (PHK).

Ika dan manajemen berpikir keras untuk menyelamatkan nasib karyawan terlebih dahulu. Ia bertekad tak akan melakukan PHK stafnya. Meski akhirnya berlaku setiap staf masuk selama 15 hari dalam sebulan.

Karyawan hotel di Solo ini pun hanya memeroleh gaji 50% dari yang diterima setiap bulan. Ini sebagai konsekuensi rendahnya okupansi hotel serta serangkaian agenda yang dibatalkan tamu.

1.168 RTLH Sukoharjo Direhab Tahun Ini Pakai Dana Keroyokan

Meskipun demikian, manajemen hotel di Solo ini tak tinggal diam dengan membagikan sembako untuk seluruh staf dan karyawan. Selain itu, manajemen juga membuka kesempatan bagi staf dan karyawan mengajukan pinjaman untuk menutup biaya kekurangan terutama kebutuhan pokok sehari-hari.

Menurutnya, pinjaman ini dikeluarkan melalui dana Social Sport Activity (SSA) yang rencana semula akan dipakai outing karyawan. Dana ini dialihkan untuk membantu meringankan beban karyawan.

“Okupansi kami saat Maret masih dapat lumayan sekitar 60% karena pandemi dan KLB terjadi ketika pertengahan bulan. April turun hingga hanya 20%, Mei naik meski lambat di angka 25%-30%. Bulan-bulan lalu kami hanya pakai 2-3 lantai, sekarang mulai pakai 5 lantai seiring bertambahnya tamu,” papar dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya