SOLOPOS.COM - KANDANG BABI -- Suasana di sebuah peternakan babi di Gunungsari, Ngringo, Jaten, Karanganyar. Limbah kotoran babi dari peternakan ini biasanya langsung dibuang ke aliran Bengawan Solo. 9JIBI/SOLOPOS/Indah Septiyaning W)

Memang malang nian nasib Bengawan Solo. Nasib salah satu sungai terpanjang di Pulau Jawa ini tak seromantis kesan yang tertangkap dalam lagu Bengawan Solo gubahan Gesang. Bayangkan saja, sungai ini justru layaknya bak sampah yang harus menampung segala macam kotoran dari aktivitas manusia. Bahkan, limbah dari peternakan babi sekali pun.

KANDANG BABI -- Suasana di sebuah peternakan babi di Gunungsari, Ngringo, Jaten, Karanganyar. Limbah kotoran babi dari peternakan ini biasanya langsung dibuang ke aliran Bengawan Solo. (JIBI/SOLOPOS/Indah Septiyaning W)

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Lihat saja yang ada di Desa Ngringo, Kecamatan Jaten, Kabupaten Karanganyar. Di tempat ini berdiri peternakan babi, tepatnya di wilayah Gunungsari. Di situ ada Wakiyo, 50, dan Yanto, 35. Mereka duduk-duduk seusai menyelesaikan tugasnya sebagai penjaga ternak babi di Gunungsari, Desa Ngringo. Tugas mereka setiap hari membersihkan kandang babi termasuk kotoran hingga membersihkan babi dua kali dalam sehari.

Kandang babi tersebut dibangun dengan mengontrak tanah seluas 500 m2 dengan jumlah ternak babi mencapai 100 ekor. Kandang babi ini berada di mulut gang yang letaknya hanya sekitar 50 meter dari bibir Sungai Bengawan Solo. Sementara sekitar kandang babi langsung berdekatan dengan permukiman penduduk setempat. Menurut Wakiyo, lokasi kandang ternak babi berada dekat dengan bibir Sungai Bengawan Solo agar lebih mudah membuang kotoran atau limbah ternak babi ke aliran sungai. Proses pembuangannya pun tidak rumit. Masing-masing sekat kandang babi diberi lubang pembuangan yang langsung masuk ke dalam selokan kecil terhubung hingga ke aliran Sungai Bengawan Solo. “Sehari dua kali, pagi dan sore membersihkan kandang babi. Kotorannya langsung disentor pakai air dan masuk ke aliran Bengawan,” ujarnya.

Setidaknya, Wakiyo menyebutkan terdapat lima peternakan babi di Ngringo. Tiga di antaranya ada di Gunungsari dan dua ternak babi di Gunungwijil. Jarak antara satu peternakan babi dengan lain 200 meter hingga 500 meter. Semuanya berada di pinggir Sungai Bengawan Solo.

Keberadaan ternak babi yang berada di sekitar pemukiman penduduk pun sering membuat warga mengeluh bau tidak sedap dari peternakan babi tersebut. Bau menyengat muncul jika hujan turun maupun angin kencang. Seperti diungkapkan warga RT 005/RW 024 Ngringo, Nur Aini, 25, yang mengaku terganggu dengan bau tidak sedap dari peternakan babi tersebut. Namun lantaran keberadaan peternakan babi sudah lama mau tidak mau kini menjadi terbiasa. “Kalau bau ya tentu mengeluh. Tapi karena sudah lama di sini ya sudah jadi terbiasa,” ujarnya.

Senada disampaikan warga lain, Rini Indriyastuti, 26. Keberadaan rumahnya yang langsung berdekatan dengan peternakan babi mengaku merasa terganggu dengan bau peternakan tersebut. “Baunya memang menyengat sekali kalau hujan apalagi ada angin. Tapi mau bagaimana lagi. Kami tinggal di sini ya mau tidak mau harus menerima,” tuturnya.

Selain menerima limbah dari peternakan, Sungai Bengawan Solo juga jadi tempat pembuangan limbah industri. Puluhan industri skala kecil hingga besar di Karanganyar membuang air hasil pengolahan limbah ke sungai. Kendati demikian, air hasil pengolahan limbah yang dikeluarkan tidak mengandung zat berbahaya.

Kepala Badan Lingkungan Hidup (BLH) Waluyo Dwi Basuki melalui Kasubid Penegakan Hukum Indah Rudyarti ketika dijumpai Esposmenyebutkan sedikitnya 30 industri yang melakukan itu pembuangan air limbah itu setelah melalui proses pengolahan di instalasi pengolahan air limbah (IPAL) di masing-masing industri. “Air limbah yang dikeluarkan juga harus memenuhi baku mutu air limbah. Jadi tidak sembarangan air limbah yang dikeluarkan,” ujarnya.

Dia mengatakan industri yang membuang hasil olahan air limbah ke sungai harus mengantongi izin pembuangan air limbah di BLH. Selama ini, dia menuturkan belum ada temuan air sungai di Karanganyar yang tercemar air limbah tersebut. Semuanya masih dalam batas normal. Ada empat anak sungai pembuangan air limbah industri, di antaranya Ngringo, Sroyo, Pengok dan Grompol yang semuanya bermuara ke Sungai Bengawan Solo. “Ada tim pemantauan dan pengawas limbah yang secara rutin memantaunya. Dengan melakukan pengecekan limbah apakah yang dikeluarkan mengandung bahan berbahaya atau tidak,” imbuhnya.

Dia mengatakan akan memberikan sanksi tegas mulai dari teguran hingga pencabutan izin usaha jika pelaku industri nekat membuang limbah sembarangan dan mengandung bahan berbahaya. Namun demikian, dia menuturkan hingga kini pihaknya belum menemukan adanya industri di Karanganyar yang proses pembuangan limbahnya bermasalah. “Sampai sekarang semuanya masih dalam batas kewajaran. Jika masyarakat mengetahui ada perusahaan yang buang limbah sembarangan laporkan langsung ke kami,” pintanya.

Dia mengatakan sedikitnya ada tiga wilayah di Bumi Intanpari yang diawasi secara ketat yaitu Kebakkramat, Jaten dan Colomadu. Terkait dengan pemantauan pembuangan limbah industri kecil, dia mengatakan hampir sebagian besar sudah diarahkan untuk pembuatan biogas. Dengan demikian, pembuangan limbah bisa bermanfaat untuk masyarakat sekitar. Dia mencontohkan pembuatan biogas tersebut seperti di daerah Tegalgede, Jongke, Tasikmadu, Kebakkramat, Papahan, Karangpandan dan sebagian wilayah lainnya. Biogas tersebut dibuat dengan memanfaatkan kotoran hewan dan pembuangan limbah dari industri.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya