SOLOPOS.COM - Seorang pasien terbaring di ruang isolasi RSJ Kendari dalam kondisi tak sadar seusai mengonsumsi obat sejenis somadril dan tramadol berlebihan di Kendari, Sulawesi Tenggara, Kamis (14/9/2017). (JIBI/Solopos/Antara/Jojon/Pras)

BNNK Sukoharjo menerjunkan penyuluh untuk menangkal peredaran obat PCC di masyarakat.

Solopos.com, SUKOHARJO — Puluhan sukarelawan penyuluh dari Badan Narkotika Nasional Kabupaten (BNNK) Sukoharjo diterjunkan ke desa, kelompok pengajian, kelompok mahasiswa dan kelompok masyarakat lain.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Mereka akan menyampaikan pemahaman tentang bahaya narkotika bagi tubuh manusia. Selain itu, puluhan sukarelawan penyuluh itu juga memperingatkan masyarakat akan bahaya obat jenis PCC (Paracetamol Caffeine Carisoprodol) yang belum lama ini membuat puluhan warga Kendari mengalami gangguan kepribadian hingga disorientasi.

“Tahun ini ada 25 peserta pendidikan penyuluh BNNK, tahun lalu ada 30 orang. Dari 30 orang itu yang aktif menyuluh tinggal belasan orang ditambah peserta tahun ini sehingga puluhan penyuluh bisa dioptimalkan. Penyuluh baru juga dibekali pengetahuan bahaya penyalahgunaan obat termasuk PCC. BNNK Sukoharjo bergerak cepat menyikapi maraknya PCC,” jelas penyuluh BNNK Sukoharjo, Agus Widanarko, di Kantor BNNK Sukoharjo, Sabtu (16/9/2017).

Agus Widanarko yang akrab dipanggil Danar menyatakan pelatihan penyuluh baru bertujuan memenuhi program penyuluhan. “Penyuluh BNK nanti blusukan ke desa-desa. Permintaan penyuluhan bahaya narkotika cukup banyak semenjak marak pemberitaan obat PCC yang berpengaruh kepada para remaja.”

Lebih lanjut dia mengatakan penyuluh melibatkan petugas kepolisian, praktisi pengacara, pegawai Kementerian Agama, mantan pecandu narkoba, dokter, dan sukarelawan lain dalam penyuluhan tersebut. “Tahun ini pelatihan diperpendek dari enam hari menjadi tiga hari langsung praktik karena kelompok ibu-ibu sudah menelepon minta wilayah mereka diberi penyuluhan tentang bahaya narkotika dan gawatnya mengonsumsi obat PCC. Permintaan itu dari pengajian muslimah, mahasiswa, ataupun kelompok pengajian dan PKK,” katanya.

Danar bercerita telepon yang masuk ke BNNK mayoritas dari ibu-ibu takut dan khawatir tentang pengaruh obat PCC ke remaja. “Di materi penyuluhan juga akan disisipi materi parenting skill alias bagaimana orang tua menjaga putranya supaya tidak terjerumus penyalahgunaan obat narkoba dan pergaulan bebas. Penyuluhan gratis dan full multimedia. Yang diperlukan sekarang adalah kesadaran warga mengenai pemahanan obat narkotika sehingga tidak terjerumus memakai.”

Pada bagian lain, Danar prihatin masih banyak desa yang belum memprioritaskan penyuluhan tentang narkotika sebagai kebutuhan sejak dini. Padahal, bahaya narkotika tidak hanya mengancam remaja kota tetapi juga merambah ke desa-desa, dan para pelajar.

Diberitakan sebelumnya, Badan Pengawasan Obat dan Makanan (BPOM) Makassar menemukan 29.000 butir obat paracetamol caffeine carisoprodol atau PCC ilegal di salah satu pengedar barang farmasi resmi Makassar, Jumat (15/9/2017).

Puluhan ribu obat PCC tersebut ditengarai akan dikirim ke Papua, Sulawesi Barat, dan Sulawesi Tenggara. “Obat PCC sebanyak 29 bungkus itu ditemukan berkat laporan dari masyarakat,” kata Kepala Balai Besar POM Makassar Muhammad Guntur.

Sebanyak 38 orang remaja usia sekolah dan mahasiswa menjadi korban akibat penyalahgunaan obat-obatan PCC. Pasien yang dilahirkan ke rumah sakit ini mengalami gejala berteriak seperti orang sedang kesurupan. Dari ke 38 pasien tersebut, satu di antaranya meninggal dunia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya