SOLOPOS.COM - Ilustrasi barang bukti kasus narkoba jenis sabu-sabu. (JIBI/Solopos/Antara/Siswowidodo)

Narkoba di Solo terdiri atas beragam kasus. Meski tak lagi populer, masih ada ratusan orang yang kecanduan putaw.

Solopos.com, SOLO — Pecandu narkoba jenis putaw rata-rata tidak memiliki pekerjaan alias pengangguran. Oleh karena itu, untuk mendapatkan barang haram tersebut, mereka kerap melakukan kejahatan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kesimpulan itu disampaikan aktivis pendamping pecandu narkoba dari Lembaga Swadaya Masyarakat (LSM) Mitra Alam Solo, Mulyadi, saat berbincang dengan Solopos.com, Jumat (26/6/2015). Menurut Mul, panggilan akrab Mulyadi, seorang pecandu narkoba jenis putaw tidak akan betah saat bekerja.

Ekspedisi Mudik 2024

Berbeda dengan pecandu narkoba lain yang masih bisa bertahan sehari hingga dua hari. “Kerjanya tidak akan fokus. Semua jenis pekerjaan yang dilakukan pasti tidak akan beres,” kata dia.

Dia menuturkan, seorang pecandu putaw hampir tiga jam sekali harus mengonsumsi obat terlarang itu. Jika tidak, maka seluruh badannya akan merasakan sakit yang luar biasa. “Sekarang bayangkan bagaimana dia bisa bekerja kalau sebentar-sebentar sakau. Ada sih yang bekerja, tapi baru sebulan keluar atau dipecat,” kata dia.

Pria yang juga membina ratusan pemakai narkoba di Kota Solo ini, menuturkan karena tidak memiliki pekerjaan ini lah, para pecandu sering kali melakukan berbuat kriminal demi mendapatkan uang untuk membeli putaw.

“Harga putaw itu termasuk yang paling mahal di antara jenis narkoba lainnya. Harganya sampai Rp1 juta per paket kecil. Dapat uang dari mana mereka kalau tidak dari mencuri, menjambret. Mereka akan menghalalkan segala cara [untuk mendapatkan putaw],” jelas dia.

Sementara itu, Sekretaris Yayasan Mitra Alam, Yunus Prasetyo, mengatakan saat ini ada sekitar 400 pecandu putau di Solo yang menjadi binaan Mitra Alam. Di sisi lain, pengguna putaw saat ini ramai-ramai beralih ke sabu-sabu. “Sekarang pengonsumsi putaw sudah hampir tidak ada. Karena memang barangnya [putaw] tidak ada. Setelah ada bandar yang ditangkap di Jakarta,” kata dia.

Saat ini yang sedang naik daun adalah sabu-sabu. Oleh karena itu, lanjut Yunus, tidak heran kalau akhir-akhir ini yang terungkap oleh polisi adalah pengguna narkoba jenis sabu-sabu.

Sementara itu, salah seorang pecandu putaw yang merupakan binaan Mitra Alam, Andi, 33, (bukan nama sebenarnya) mengatakan jika orang yang sudah terkena putaw sangat sulit bisa disembuhkan. Dia mengatakan pecandu putaw ibarat orang yang terkena penyakit gula, jarang bisa disembuhkan, namun bisa dikurangi.

Pria yang sudah mengonsumsi narkoba sejak 20 tahun lalu itu saat ini sedang berusaha sembuh dengan mengonsumsi metadon. Metadon adalah sejenis obat opioid sintetik, digunakan untuk merawat kecanduan narkoba. Biasanya dikonsumsi satu kali sehari.

“Sekarang tidak pakai putaw, antisipasinya pakai metadon saja,” kata pria yang bergabung dengan mitra alam sejak 2007 itu.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya