SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

“Sayang, kita tidak kenal sebelumnya. Kalau sudah kenal, pasti kamu saya undang,” sapa Rio, bukan nama sebenarnya, di awal pertemuan, Jumat (22/6).

Rio mengaku baru saja merayakan hari jadinya yang kedua. Bukan memperingati penambahan usia karena umurnya sekarang sudah 32 tahun namun untuk merayakan kehidupan keduanya sesudah lepas dari jeratan putaw.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Sudah dua tahun saya bebas dari putaw. Ini prestasi membanggakan karena di Solo ini mantan pecandu yang bebas dari putaw paling lama baru tiga tahun. 5 Mei tepatnya tanggal ulang tahun saya itu,” ujarnya.

Rio mengenal narkotika dan minuman keras saat duduk di bangku SMP. Saat itu, dia mencoba “obat gedek”. Beranjak SMA, Rio mulai mengonsumsi ganja dan sabu-sabu. Padahal untuk membeli barang itu, dibutuhkan uang tak sedikit. Lama-kelamaan ketika kebutuhan obat makin banyak, Rio mulai berani mencuri uang orangtua.

Merasa ada yang kurang dengan efek SS, Rio akhirnya berani mencoba putaw. “Mengenalnya di Jakarta ketika saya sudah kuliah dan sering main musik hingga ke luar daerah. Kalau tidak salah saat itu 1999,” ujarnya.

Setelah mengenal putaw, hidup Rio makin berantakan.

Kurangnya penghasilan dari main musik kurang adalah persoalan pertama. Persoalan kedua adalah makin turunnya frekuensi bermain musik ke luar kota. Jika pentas di luar kota, Rio keberatan. Penyebabnya, dia tak punya jaringan tempat pembelian narkoba sehingga risiko yang dihadapi adalah sakaw. Jika sakaw, seluruh tulang serasa remuk, air liur tak berhenti menetes bercampur ingus hidung.

“Saya merasa hidup saya hancur ketika teman-teman band meminta saya berhenti dari aktivitas musik untuk melakukan rehabilitasi dulu. Apalagi orangtua menunjukkan sikap kecewa saat tahu barang-barang di rumah hingga di rumah nenek dan saudara-saudara yang lain pada hilang. Gampang ditebak, sayalah pencurinya. Daripada mencuri di jalanan…” tutur dia.

Setelah menjalani rehabilitasi selama satu tahun di Bali dan membentuk komunitas dukungan yang isinya mantan pecandu semua, Rio mengaku hidupnya kini lebih tenang. Soal sugesti memakai putaw memang sering datang ketika bertemu teman atau mendengarkan lagu-lagu kesukaannya. Namun, pengawasan ketat dari orangtua dan sahabat mampu membuat dia menahan diri hingga sekarang.

“Masih butuh perjuangan panjang. Tak ada jaminan dua tahun bersih maka pulih selamanya. Ini soal menata sugesti yang dikirim otak. Susah sekali memang,” ujarnya.

Seperti Rio, Cendana yang kini aktif bekerja di LSM Mitra Alam juga merasa bersyukur setelah terbebas dari narkoba. Namun tak seperti Rio yang sudah tidak mengonsumsi obat lainnya, Cendana masih harus minum tramadol dua hari sekali supaya bisa benar-benar pulih.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya