SOLOPOS.COM - Ilustrasi (JIBI/Antara)

Harianjogja.com, SLEMAN – Peredaran narkoba di dalam Lembaga Pemasyarakatan (Lapas) Narkotika II A Pakem, Sleman terungkap.

Titik luar Lapas yang menjadi lokasi favorit para pelaku pelemparan narkoba yakni di area sebelah timur dan utara Lapas Narkotika. Di sebelah timur dan utara lapas merupakan lahan kosong yang dipenuhi semak belukar.

Promosi Tragedi Simon dan Asa Shin Tae-yong di Piala Asia 2023

Dari lokasi inilah seorang tersangka penyelundup narkoba ke Lapas melancarkan aksinya dengan berpura-pura sebagai pencari rumput.

Salahsatu pelempar narkoba, Novianto, mengatakan biasanya ia melakukan pelemparan dari timur dan utara Lapas Pakem. Agar tidak mencurigakan ia menyaru dengan berpura-pura seperti layaknya petani mencari rumput di dekat Lapas. Jika sudah ada kesempatan maka dilemparkanlah bola tenis berisi narkoba ke dalam Lapas Pakem.

“Biasanya membawa tali, pura-pura cari rumput,” ungkap Novianto di Mapolres Sleman, Senin (22/9/2014).

Untuk memuluskan aksi pelemparan, Novianto biasanya mengajak seorang teman dengan menggunakan satu sepeda motor. Dua rekannya yang ikut membantu melakukan pelemparan yakni Rahmad Edi alias Kancil, 22, dan DD, 17, pelajar di bawah umur yang juga ditangkap Satresnarkoba Polres Sleman.

Keduanya secara bergantian menemani Novianto. Eksekusi pelemparan narkoba ke dalam Lapas dilakukan sendiri sedangkan satu rekannya bertindak mengawasi area sekitar Lapas.

“Biasanya bergantian, saya yang melempar terus teman yang mengawasi. Kalau sudah sepi langsung lempar ke dalam,” imbuh warga Ambarukmo, Caturtunggal, Depok, Sleman ini.

Serupa dengan tersangka pelempar sebelumnya yang ditangkap, Novianto pun tidak menampik bahwa keberadaan tiang penangkal petir di dalam Lapas menjadi titik ukuran pelemparan. Menurut dia, selama melakukan pelemparan sejak bulan Juli 2014 selalu berhasil.

Setiap sekali lemparan atau satu bola isi narkoba, ia mendapatkan upah Rp100.000. Kemudian dibagi dengan temannya yang membantu. “Kadang bawa dua, kadang tiga [bola], sesuai sms [operator],” ungkapnya.

Ia mengaku terpaksa menjadi pelempar narkoba karena pekerjaannya sebagai buruh serabutan tidak menentu hasilnya. Novianto enggan memberitahukan siapa pemasok narkoba.

Menurutnya komunikasi hanya dilakukan melalui pesan singkat dan tidak pernah bertemu. Bahkan tawaran menjadi pelempar diakuinya didapatkan melalui pesan singkat kemudian ia menyetujuinya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya