Nanggap dalang

Kisah nyata kali ini terjadi di kampus sebuah perguruan tinggi swasta di Solo pada Bulan Puasa lalu. Biasanya, setiap Bulan Ramadan di kampus tersebut ada kegiatan buka puasa bersama dengan mengundang penceramah untuk mengisi siraman rohani. Kebetulan Ramadan kemarin yang diundang adalah seorang dalang kondang.
Lady Cempluk sebagai Humas di kampus itu ternyata juga reka-reka ngirim siaran pers segala sehingga kegiatan tersebut juga dimuat di sebuah koran lokal untuk sekadar diketahui masyarakat umum.
Namun yang terjadi ternyata benar-benar di luar dugaan. Gara-gara informasi sak uplik yang dimuat di koran itulah sejak sore kampus tersebut didatangi banyak orang. Bahkan penjual hik, sate kere, kacang godog, ronde, mainan, dan lain-lain datang berduyun-duyun dan bukak dhasaran untuk mencari untung. Bukan hanya warga sekitar yang berdatangan melainkan banyak penjual yang datang dari jauh.
Karuan saja seisi kantor di perguruan tinggi itu pun jadi terheran-heran. Setahu mereka acaranya hanya buka puasa bersama untuk kalangan sendiri dan tidak mengundang pihak luar. Merasa terusik dengan suasana yang nganeh-anehi itulah akhirnya Lady Cempluk bertanya kepada salah seorang penjual. ”Kok dodolan ten riki enten napa ta, Pak?” tanya Cempluk. ”Lha ten kampus riki mangke rak wonten wayang kulit ta Bu?” si penjual malah ganti tanya.
Jam pinten ta mulaine? Lakone napa, Bu?” gantian penjual lain bertanya. ”Lha, rak tenan ta!” batin Cempluk judheg. Ternyata mereka salah paham. Dalang kondang yang ditanggap untuk ngisi siraman rohani acara buka bersama itu dikira mau mayang. Cempluk gedheg-gedheg, bingung bagaimana mau menjawabnya. Ia hanya bisa mengelus dada. Kasihan…o Kiriman C Ikka Sri Litnaniyah SH SPd, Jl Kutai VII No 11 RT 07/RW 07, Sumber, Banjarsari, Solo.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi