SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SRAGEN — Mitos tentang Sukowati dan Sragen diulas dalam Dialog Budaya bertajuk Cah Sragen Wong Sukowati yang digelar Badan Kesatuan Bangsa dan Politik (Kesbangpol) Sragen di Gedung Korpri Sragen, Kamis (11/10/2018) lalu. 

Berdasarkan fakta sejarah dan sejarah lisan yang berkembang di Sragen, nama Sukowati lebih tua dibandingkan nama Sragen.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Dialog budaya tersebut menghadirkan narasumber Prof. Hermanu Joebagio dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, pegiat sejarah Sukowati Jarwanto, dan arkeolog Dinas Pendidikan dan Kebudayaan (Disdikbud) Sragen Andjarwati Sri Sajekti. 

Dialog tersebut diikuti 100 orang dari perwakilan komunitas, guru, dan pegiat sejarah Sukowati. Pegiat Sejarah Sukowati, Jarwanto, memulai paparan dengan munculnya nama Sukowati dalam sejarah Ratu Baka yang terletak di wilayah Yogyakarta. 

Ekspedisi Mudik 2024

Nama Sukowati, kata dia, sudah muncul pada zaman Rakai Panangkaran pada abad VII. Saat itu ada raja bawahan Rakai Panangkaran yang bernama Rakai Walaning Pu Kumbayoni yang diduga menyingkir ke daerah yang dinamakan Sukowati pada saat perang. 

Rakai Walaning Pukumbayoni itulah, ungkap dia,  yang dipercaya sebagai cikal bakal Bumi Sukowati. “Nama Sragen baru muncul pada masa perang Mangkubumi berdasarkan cerita Sukro Djogosarkoro. Dalam cerita itu, Pangeran Mangkubumi diprediksi menjadi raja karena ada tanda huruf Buddha di dahinya. Prediksi itu disampaikan Ki Rantam yang selanjutnya diberi nama Ki Ageng Sukowati karena setelah mendengar itu Pangeran Mangkubumi bersabda menamai daerah itu sebagai Dukuh Sukowati,” ujarnya.

Berdasarkan cerita yang sama, Jarwanto menyampaikan nama Sragen muncul setelah Tumenggung Alap-alap menyerahkan hidangan makanan dan legen dalam tebok [tempat makanan] dan bumbung [tempat minuman dari bambu] yang dibawa menggunakan teken atau tongkat.

“Nama Sragen itu diambil dari kata pasrah dan legen [fermentasi dari sari gula kelapa]. Dalam sejarah Hari Jadi Sragen, nama Sragen juga dari dua kata pasrah dan legen dari Ki Ageng Srenggi. Nama Sragen tidak ditemukan dalam kamus Jawa dan Bausastra Jawi,” tambahnya.

Jarwanto melihat Sukowati sebenarnya merupakan peradaban tersendiri yang dimulai sejak adanya Sangiran hingga era Aji Saka, Majapahit, hingga Mataram, dan sekarang, yang semua buktinya ditemukan di wilayah Sragen. 

Dia mengatakan Sukowati ada sejak masa Majapahit dengan adanya sejumlah peninggalan hindu dan nama-nama daerah dengan sebutan Majapahit, yakni Kandang Majapahit di Jekawal dan Dukuh Majapahit di Sambungmacan.

Sementara itu, Prof. Hermanu Joebagio menjelaskan sejarah Mataram sejak geger Kartasura hingga palihan nagari Keraton Kasunanan Surakarta Hadiningrat dengan Mangkunegaran. 

Bagi Hermanu wilayah Sukowati itu luas, bahkan sampai Madiun. Sampai sekarang daerah yang tetap menggunakan nama Sukowati hanya Sragen.

Sementara itu, arkeolog  Sragen Andjarwati Sri Sajekti memaparkan periodisasi sejarah Sukowati sejak zaman prasejarah, zaman Hindu/Buddha, zaman penetrasi Islam, dan zaman kolonial. 

Ia menyampaikan periodisasi sejarah Sukowati itu dengan menunjukkan sejumlah temuan artefak. Andjar masih kesulitan merangkai fakta-fakta sejarah itu menjadi narasi yang utuh karena keterbatasan sumber.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya