SOLOPOS.COM - Ilustrasi Covid-19. (Istimewa/Freepik)

Solopos.com, SRAGEN — Di dekat Waduk Botok, Kedawung, Sragen, Jawa Tengah tinggal seorang tenaga kesehatan yang bekerja di Puskesmas Ngrampal, Sragen. Triyono, 39, nama nakes itu. Nakes koordinator perawat dalam Tim B yang bertugas di Technopark Ganesha Sukowati Sragen tegar menghadapi risiko penolakan warga dalam penanganan Covid-19.

Anggota tim itu cukup banyak, yakni lima orang perawat, lima dokter, dan 8-9 orang analis kesehatan. Tugas mereka melakukan swab test di Technopark yang bergantian dengan dua tim lainnya, yakni Tim A dan Tim C.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Selain di Technopark Sragen, Triyono juga menjadi koordinator penanganan Covid-19 di Puskesmas Ngrampal yang bertugas sebagai nakes Covid-19 tegar menghadapi risiko dalam penanganan pasien Covid-19. Di puskesmas itu ada 10 orang perawat, 25 bidan, analis obat, dan penyuluh kesehatan. Tak semua perawat jadi petugas swab test di Technopark tetapi hanya nakes yang memiliki kompetensi yang mendapat tugas itu.

Perhatikan Warna Cat Kamar Bayi, Fengsui Bilang Bisa Tenangkan Mood

"Belakangan banyak warga yang swab test. Setiap hari 150-200 orang, bahkan sampai 300 orang. Saat warga yang swab test banyak maka ada tim gabungan yang bertugas. Bahkan tiga tim itu kerja bareng juga pernah. Potensi yang positif itu bisa mencapai 15% seusai dengan positivity rate,” ujarnya saat berbincang dengan Solopos.com di kediamannya di Dukuh Sidorejo RT 006, Mojodoyong, Kedawung, Sragen, Minggu (20/12/2020).

Bagi nakes yang bertugas swab test terbilang aman karena memakai alat pelindung diri (APD) level III. Namun, bagi nakes yang bekerja di luar gedung dan bersinggungan dengan masyarakat cukup berisiko. Triyono menyebut risikonya tak sekadar terpapar Covid-19 tetapi risiko dimarah-marahi warga yang tidak terima dengan hasil swab test atau rapid test, bahkan ada risiko ancaman dari warga yang menolak hasil swab test. “Kuncinya terletak di komunikasi yang baik dan bisa diterima masyarakat. Setiap ada marahan warga tidak kami ambil hati tetapi kami terima dengan ikhlas sebagai risiko pekerjaan,” ujarnya.

Tantangan Terberat

Reaksi masyarakat tersebut menjadi tantangan terberat bagi nakes, termasuk Triyono. Apa pun reaksinya, bagi Triyono, sudah berusaha maksimal dan dalam bertugas tidak sendirian. “Kalau warga kukuh menolak maka kami serahkan kepada satgas desa dan kecamatan. Pernah kami dimarah-marahi dan dituding mengcovidkan untuk mencari-cari anggaran. Kami tetap tegar dan memahamkan mereka,” ujarnya.

Kebanyakan mereka yang bereaksi menolak dan marah-marah merupakan pasien asimptomatik. Sebaliknya bagi pasien simptomatik lebih banyak menurut dan puskesmas yang dimintai tolong untuk mencarikan rumah sakit.

Lesty Kejora Masuk Daftar 10 Perempuan Tercantik Dunia

“Kami pernah juga mencari rumah sakit penuh. RSUD Sragen penuh. RSUD dr. Moewardi juga penuh. Akhirnya, dapat di RSUD Gemolong. Terpaksa warga Ngrampal tapi dirawat di Gemolong karena simptomatik. Ada juga dalam memakaman jenazah, kami juga terjun untuk memastikan protokol kesehatannya tanpa memperhatikan waktu. Pukul 02.00 WIB pun dilakoni,” katanya.

Kondisi senada juga dialami Kepala Puskesmas Tanon 2, dr. Edy Sutikno. Edy pun menyadari menghadapi warga yang berada antara percaya dan enggak percaya tentang Covid-19 itu memang susah. Dalam situasi seperti itu, Edy melihat masih diperburuk dengan informasi di media sosial yang pro dan kontra terkait Covid-19 sehingga masyarakat terombang-ambing. Kondisi ini pula yang mengakibatkan tugas-tugas nakes di lapangan semakin sulit. “Apa pun itu tetap dilakukan sebagai risiko pekerjaan,” katanya.

Semangat para nakes yang naik turun itu di mata Edy wajar. Edy selalu meyakinkan mereka supaya memiliki sudut padang yang berbeda. “Sudah capai, masih dibawain arit [sabit] dan pentungan itu memang menyakitkan. Namun, semua itu tidak diambil hati. Kami selalu melakukan brain storming  agar semua risiko itu tidak menjadi beban berat,” ujarnya.

Aktivitas Nakes di Puskesmas Dalam Penanganan Covid-19

1. Tracing kasus yang kontak erat dengan pasien Covid-19
2. Mengantar kontak erat untuk ikut swab test di Technopark Ganesha Sukowati Sragen
3. Melakukan pemeriksaan rapid test dan swab test untuk mendukung pelaksanaan pilkada
4. Merujuk pasien ke rumah karantina di Technopark dan ke rumah sakit.
5. Mendampingi pemakaman jenazah dengan protokol Covid-19
6. Melayani persalinan ibu hamil dengan protokol Covid-19
7. Melakukan pemantauan orang tanpa gejala yang diisolasi mandiri di rumah masing-masing.
8. Melakukan edukasi protokol kesehatan kepada masyarakat melalui inovasi kesehatan.
9. Pelayanan rutin yang masih tetap berjalan.

Sumber: Dinas Kesehatan Kabupaten Sragen. (trh)

KLIK dan LIKE untuk lebih banyak berita Solopos

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya